Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Makan Pelan Bisa Buat Perut Lebih Cepat Kenyang?

Kompas.com - 12/01/2020, 20:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Havard Edu

KOMPAS.com – Baru saja makan tapi kok masih lapar?

Pernahkah Anda mengalami hal itu? Jika pernah, bisa jadi ada yang salah dengan cara mengunyah Anda.

Anda disinyalir baru saja makan terlalu cepat.

Hal ini merujuk pada sejumlah penelitian yang mengungkapkan bahwa tipe orang pemakan cepat cenderung memiliki selera makan lebih besar ketimbang para pemakan lambat.

Maka dari itu, Anda dianjurkan untuk makan dengan pelan jika ingin cepat kenyang.

Banyak buku diet juga telah menyarankan orang-orang untuk mengunyah secara perlahan karena akan merasa lebih kenyang daripada makan dengan cepat.

Baca juga: 7 Penyebab Perut Sering Lapar Padahal Baru Saja Makan

Produksi hormon

Melansir laman Harvard Medical School, makan pelan memberikan waktu lebih lama kepada otak untuk menerima serangkaian sinyal dari hormon yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan.

Di mana, prosesnya dimulai dari reseptor peregangan di perut akan aktif setelah diisi dengan makanan atau air.

Reseptor peregangan itu kemudian mengirim sinyal ke otak langsung melalui saraf vagus yang menghubungkan usus dan batang otak.

Baru sinyal hormon akan dilepaskan ketika makanan yang dicerna sebagian telah memasuki usus kecil.

Salah satu homor yang dirilis adalah cholecystokinin (CCK) yang dikeluarkan oleh usus sebagai respons terhadap makanan yang dikonsumsi selama makan.

Hormon lain yang dikeluaran saat makan, yaitu leptin.

Berdasarkan penelitian, hormon yang diproduksi oleh sel-sel lemak itu dapat memperkuat sinyal CCK untuk meningkatkan perasaan kenyang.

Baca juga: Jangan Asal Kenyang, Ini 6 Ide Menu Sarapan Pagi Sehat dan Cepat

Penelitian lain menunjukkan bahwa leptin juga berinteraksi dengan neurotransmitter dopamin di otak untuk menghasilkan perasaan senang setelah makan.

Jadi teorinya adalah dengan makan terlalu cepat, orang mungkin jadi tidak memberikan cukup waktu untuk sistem cross-talk hormonal ini bekerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com