Saat laktosa di fermentasi menjadi asam lemak dan gas rantai pendek di usus besar, sebagian zat asam tersebut diserap kembali ke usus besar.
Hal inilah yang turut meningkatkan jumlah air yang dikeluarkan tubuh ke usus besar.
Baca juga: Bolehkah Minum Obat setelah Minum Madu?
Fermentasi laktosa di usus besar dapat meningkatkan produksi gas hidrogen, metana dan karbon dioksida.
Proses inilah yang menyebabkan penumpukan gas dalam perut sehingga memicu rasa kembung.
Jumlah gas yang dihasilkan bisa berbeda untuk setiap orang karena perbedaan dalam efisiensi bakteri dalam tubuh dan serta tingkat reabsorpsi gas oleh usus besar.
Para penderita intoleransi laktosa, konstipasi terjadi karena bakteri yang berperan dalam fermentasi laktosa menghasilkan gas metana.
Metana dapat memperlambat waktu yang dibutuhkan makanan untuk bergerak melalui usus dan memicu sembelit pada beberapa orang.
Sejauh ini, efek konstipasi karena intoleransi laktosa hanya ditemukan pada penderita sindrom iritasi usus dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Oleh karena itu, gejala sembelit tidak selamanya dialamu oleh penderita intoleransi laktosa.
Selain gejala yang telah disebutkan, penderita intoleransi laktosa juga bisa mengalami hal-hal berikut:
Orang yang mengalami alergi susu juga kerap mengalami intoleransi laktosa. Faktanya, alergi susu dan intoleransi laktosa adalah dua hal yang berbeda. Namun, kondisi ini umumnya sering terjadi bersamaan sehingga sulit diidentifikasi.
Orang yang mengalami alergi susu biasanya merasakan gejala berkut:
Berbeda dengan Berbeda dengan intoleransi laktosa, alergi susu dapat mengancam jiwa. Itu sebabnya, kondisi ini memerlukan diagnosis dan penanganan yang tepat.