Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Peluang Regenerasi Sel pada Diabetes

Kompas.com - 31/07/2022, 06:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMAKIN lama mempelajari autofagi, semakin banyak fakta baru yang mencengangkan. Betul-betul mind blowing. Banyak sekali hal yang selama ini kita percaya sebagai sebuah kebenaran ternyata salah besar.

Salah satunya diabetes. Kondisi yang dianggap sebagai asal muasal berbagai komplikasi penyakit. Mother of disease, sebutannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Profesor Christian de Duve, pemahaman tentang diabetes jadi awal ditemukannya autofagi. Diawali tahun 1941, dengan menerbitkan buku berjudul ' Glucose, Insuline et Diabete'.

Beliau menemukan kembali hormon glukagon beserta fungsinya. Sebelumnya glukagon ditemukan oleh Kimball dan Murlin tahun 1923. Namun fungsinya belum jelas diketahui. Saat meneliti produk insulin dari perusahaan farmasi Eli Lily, fungsinya jadi diketahui.

Insulin dari perusahaan Eli Lily kadang malah meningkatkan kadar gula darah. Berbeda dengan insulin dari perusahaan lain yang selalu menurunkan kadar gula darah. Meski bahan bakunya sama dari pankreas hewan. Ternyata pada proses ektraksi di perusahaan Eli Lily bercampur dengan glukagon.

Namun penemuan ini membuatnya berubah haluan. Beliau menjadi tertarik dengan biologi sel. Pada bidang kajian ini beliau menemukan lisosom serta peranannya dalam mekanisme autofagi tahun 1963. Sebelas tahun kemudian beliau memperoleh hadiah Nobel atas temuan tersebut.

Temuan yang mengubah perspektif tentang penyakit diabetes. Diabetes adalah awal baru kehidupan yang lebih baik. Kunci regenerasi sel secara keseluruhan.

Sayangnya kunci ini lama sekali tersembunyi. Hingga penanganan diabetes selalu mengarah pada kondisi katastropik. Kegagalan multi organ.

Untuk bisa memahami diabetes berdasarkan autofagi, kita harus mengenal penyakitnya. Memahami gejala-gejala yang muncul. Memahami apa makna dari gejala-gejala tersebut.

Sehingga kita akhirnya memiliki kesimpulan diabetes bukan penyakit.

Ada empat gejala yang khas muncul pada diabetes. Empat gejala yang seharusnya kita pahami sebagai empat pesan. Empat pesan kunci yang harus disikapi dengan benar.

Pertama poliuri, atau banyak kencing. Poliuri adalah kondisi di mana seseorang mengeluh sering kencing, terutama pada malam hari.

Hal yang sangat dirasakan mengganggu kualitas kehidupannya. Hal yang dianggap mengakibatkan penurunan berat badan drastis.

Padahal seharusnya kita bersyukur dengan kondisi tersebut. Tentu saja ucapan syukur tidak akan mudah kita ucapkan jika kita tidak memahami situasinya. Untuk itu mari kita kupas bersama.

Urin adalah sebuah mekanisme keseimbangan cairan tubuh. Dengan adanya fungsi urin maka setiap proses metabolisme dapat berjalan dengan baik.

Urin membuang seluruh sisa metabolisme yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh. Tidak hanya sampah metabolisme, seperti yang sering disampaikan selama ini. Tapi kelebihan zat-zat metabolit yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh. Termasuk glukosa.

Artinya jika dalam urin terdapat kelebihan glukosa, kurangi asupan glukosa. Sederhana bukan? Yang buat ribet karena kita tidak peka dengan pesan tersebut dan terus memaksakan konsumsi glukosa tinggi.

Jika terjadi peningkatan glukosa dalam urin tanpa peningkatan konsumsi, sangat mungkin peningkatan ini terjadi akibat pemecahan cadangan glukosa di tubuh. Hal ini yang seringkali luput dalam penilaian pasen-pasen diabetes. Ini adalah fungsi katabolisme.

Banyak hal dapat meningkatkan proses katabolisme cadangan glukosa. Selain hormon glukagon, hormon kortisol juga meningkatkan proses katabolisme cadangan glukosa. Yang perlu kita pahami adalah penyebabnya dan proses-proses yang terlibat di dalamnya.

Cadangan glukosa dalam tubuh berupa glikogen dan lemak. Katabolisme lemak menjadi asam lemak menghasilkan berbagai zat yang penting. Salah satunya adalah leptin.

Leptin memberikan sinyal lapar ke otak. Itulah sebabnya gejala kedua yang sering ditemui adalah sering lapar (polifagi)

Kembali pada gejala pertama poliuri. Proses urinasi terjadi akibat tingginya kadar glukosa dalam darah. Oleh sebab apapun, baik karena asupan tinggi ataupun karena proses katabolisme yang meningkat.

Proses ini disertai dengan meningkatnya pelepasan berbagai zat elektrolit ke dalam urin. Pada tahap awal di mana saringan (filtrasi) di ginjal masih normal.

Terjadi reabsorpsi (penyerapan kembali) natrium di tubulus ginjal. Hal ini mengakibatkan kondisi peningkatan kadar natrium di dalam darah (hipernatremi).

Kondisi ini akan memberikan rangsangan rasa haus ke otak yang memberikan gejala ketiga sering haus (polidipsi).

Gejala terakhir adalah penurunan berat badan. Hal ini terjadi akibat meningkatnya proses katabolisme.

Seperti disebutkan sebelumnya, peningkatan glukosa terjadi akibat peningkatan katabolisme lemak dan gula otot (glikogen).

Selama ini glikogen dan lemak membentuk massa tubuh. Jadi dapat dipahami mengapa terjadi penurunan berat badan sebagai gejala keempat.

Baik proses oleh glukagon maupun kortisol tidak hanya memengaruhi proses glukoneogenesis.

Glukoneogenesis adalah pemecahan lemak menjadi glukosa. Banyak proses yang menyertainya. Proses yang memungkinkan terjadinya regenerasi tubuh. Proses yang kita kenal sebagai autofagi. Menjadikan kita organisme yang lebih baik.

Baik glukagon ataupun kortisol sama-sama memengaruhi lisosom dan peroksisom. Jika peroksisom melakukan katabolisme lemak dengan bantuan peroksida. Lisosom melakukan proses autofagi dengan enzim hidrolase.

Pada proses autofagi oleh lisosom, berbagai organel sel yang tidak efisien dan rusak dicerna. Proses pencernaan organel sel oleh lisosom dipicu ketiadaan glukosa yang masuk ke dalam sel.

Organel sel yang kaya akan gula akan dicerna oleh lisosom untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Organel sel yang kaya akan gula adalah organel-organel gen ekstra kromosom. Gen mengandung gula ribosa dan deoksiribosa.

Organel-organel yang mengandung gen akan dicerna, terutama plasmid dan mitokondria. Selain kedua organel tersebut, apapun yang memiliki gen akan mengalami nasib sama.

Setelah proses pencernaan dan kebutuhan glukosa sel terpenuhi. Organel baru dibentuk ulang dari asam amino yang ikut dicerna bersama dengan gula. Hasilnya adalah organel sel baru yang lebih baik dan lebih efektif.

Pada kortisol efeknya tidak hanya memicu autofagi juga bersifat antiradang. Kortisol menghambat sintesa prostaglandin. Prostaglandin adalah zat utama mediator peradangan.

Pelepasan insulin dirangsang asupan karbohidrat secara oral, bukan intravaskuler. Pelepasan ini akan menghambat proses autofagi. Akibatnya regenerasi sel terhenti.

Itulah sebabnya asupan makanan bersumber karbohidrat harus dihentikan, terutama menjelang istirahat malam. Karena kortisol pelepasannya dipicu kondisi hipoglikemi dan kualitas istirahat yang baik.

Jika disikapi dengan benar, diabetes malah akan memicu regenerasi. Menjadi lebih segar, lebih muda kembali. Tinggal sikapi dengan penghentian asupan karbohidrat sementara.

Pilih mana? Mau kembali muda atau pilih makan yang manis-manis. Yang pasti, jika tetap pilih konsumsi glukosa hidup tidak akan semanis dulu lagi.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau