SEBELUMNYA pernah saya sampaikan hubungan antara stres dan kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi sangat erat hubungannya dengan stres.
Salah satu jenis gangguan jiwa lain yang sering muncul adalah depresi. Pada masa pandemi ini dilaporkan meningkat kejadiannya.
Hal ini diduga akibat berkurangnya aktivitas di luar rumah. Lebih banyak beraktivitas di dalam rumah akibat kebijakan WFH.
Namun sebetulnya, yang paling besar pengaruhnya adalah asupan gula berlebih. Salah satu kebiasaan paling buruk pada saat WFH adalah makan camilan. Umumnya, camilan ini berbahan dasar karbohidrat. Berbagai jenis keripik jadi salah satu komoditas yang paling laris di masa pandemi.
Porsi cemilan yang tidak terlalu besar akan langsung diserap oleh jaringan saraf. Karena jaringan saraf adalah sel yang tidak membutuhkan insulin dalam menggunakan glukosa.
Sayangnya karena asupan dari saluran cerna, insulin tetap dirangsang untuk dilepaskan, meskipun porsi glukosa dalam camilan sedikit. Hal ini akan memicu kondisi hipoglikemi, akibat glukosa yang masuk telah terlebih dahulu digunakan sel saraf.
Kondisi hipoglikemi merangsang pelepasan glukagon. Glukagon akan merangsang pemecahan lemak menjadi glukosa.
Salah satu asam lemak yang ikut dipecah adalah leptin. Leptin memberikan sinyal rasa lapar ke otak. Mengakibatkan keinginan makan bertambah.
Asupan glukosa yang lebih dahulu digunakan jaringan saraf, memicu pembentukan dan pelepasan asetil kolin. Asetil kolin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam proses berpikir.
Pembentukan dan pelepasan asetil kolin yang berlebih akan memicu perasaan tidak nyaman, gelisah. Kondisi rasa lapar dan pelepasan asetil kolin ditafsirkan sebagai perasaan tertekan.
Apalagi jika pada saat yang sama tidak ada makanan untuk memenuhi rasa lapar tersebut. Menahan lapar adalah salah satu bentuk mekanisme mental represi.
Represi adalah salah satu mekanisme mental dasar yang sering digunakan dalam menghadapi ketidak nyamanan.
Represi, merupakan mekanisme mental pertama yang digunakan seseorang dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Jika berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan mental.
Represi yang berlangsung lama dan tidak efektif mengakibatkan depresi. Secara neurologis disebabkan oleh pelepasan asetil kolin berlebihan. Pelepasan dan produksi asetil kolin berlebihan, dimungkinkan jika tersedia glukosa yang berlebih pula.
Depresi menimbulkan perasaan tidak nyaman. Tertekan, merasa gagal dalam kehidupan. Rendah diri dan berbagai bentuk perasaan negatif lainnya. Kadang pada keadaan berat berujung pada upaya untuk menyakiti diri sendiri. Bunuh diri.