Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Mengatasi Depresi Cara Autofagi Tanpa Psikotropika

Kompas.com - 06/08/2022, 06:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELUMNYA pernah saya sampaikan hubungan antara stres dan kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi sangat erat hubungannya dengan stres.

Salah satu jenis gangguan jiwa lain yang sering muncul adalah depresi. Pada masa pandemi ini dilaporkan meningkat kejadiannya.

Hal ini diduga akibat berkurangnya aktivitas di luar rumah. Lebih banyak beraktivitas di dalam rumah akibat kebijakan WFH.

Namun sebetulnya, yang paling besar pengaruhnya adalah asupan gula berlebih. Salah satu kebiasaan paling buruk pada saat WFH adalah makan camilan. Umumnya, camilan ini berbahan dasar karbohidrat. Berbagai jenis keripik jadi salah satu komoditas yang paling laris di masa pandemi.

Porsi cemilan yang tidak terlalu besar akan langsung diserap oleh jaringan saraf. Karena jaringan saraf adalah sel yang tidak membutuhkan insulin dalam menggunakan glukosa.

Sayangnya karena asupan dari saluran cerna, insulin tetap dirangsang untuk dilepaskan, meskipun porsi glukosa dalam camilan sedikit. Hal ini akan memicu kondisi hipoglikemi, akibat glukosa yang masuk telah terlebih dahulu digunakan sel saraf.

Kondisi hipoglikemi merangsang pelepasan glukagon. Glukagon akan merangsang pemecahan lemak menjadi glukosa.

Salah satu asam lemak yang ikut dipecah adalah leptin. Leptin memberikan sinyal rasa lapar ke otak. Mengakibatkan keinginan makan bertambah.

Asupan glukosa yang lebih dahulu digunakan jaringan saraf, memicu pembentukan dan pelepasan asetil kolin. Asetil kolin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam proses berpikir.

Pembentukan dan pelepasan asetil kolin yang berlebih akan memicu perasaan tidak nyaman, gelisah. Kondisi rasa lapar dan pelepasan asetil kolin ditafsirkan sebagai perasaan tertekan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+