Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Mencegah Gagal Ginjal Akut

Kompas.com - 22/10/2022, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DASAR terjadinya AKI (acute kidney injury) atau gagal ginjal akut adalah kompensasi gangguan keseimbangan osmotik. Gangguan ini mengakibatkan mekanisme kompensasi berupa vasokonstriksi (penyempitan) tubulus ginjal.

Akibatnya darah tidak dapat melaluinya hingga pada akhirnya pembentukan urine terhambat.

Mekanisme kompensasi itu terutama dilakukan oleh vasopresin. Vasopresin adalah neurotransmiter yang berperan sebagai anti diuretik hormon.

Vasopresin dilepaskan oleh kelenjar hipofise setelah adanya rangsangan dari hipotalamus. Di hipotalamus, ada bagian yang disebut sebagai nukleus supra optikus.

Bagian itu memiliki reseptor osmotik dan reseptor tekanan, sehingga nukleus supra optikus akan bereaksi jika terjadi peningkatan tekanan osmotik dan penurunan volume darah.

Baca juga: 3 Tahap Gejala Keracunan Etilen Glikol, Tahap Awal sampai Gagal Ginjal

Pelepasan vasopresin

Ada beberapa kondisi yang dapat memengaruhi pelepasan vasopresin. Pertama, peningkatan tekanan osmotik darah.

Peningkatan tekanan osmotik darah dapat disebabkan berbagai hal. Intinya, peningkatan kekentalan darah akibat bertambahnya zat yang terlarut di dalamnya. Peningkatan ini terutama oleh protein, asam amino, glukosa, juga asam lemak bebas dan berbagai zat yang terlarut dalam air.

Lemak sendiri tidak larut dalam air dan tidak ikut memengaruhi osmolaritas plasma. Namun lemak dapat mengakibatkan sumbatan di pembuluh darah yang kecil dan memengaruhi laju aliran darah.

Peningkatan zat terlarut dalam air terjadi pada kondisi infeksi, di mana banyak zat mediator peradangan yang berupa protein dilepaskan.

Peningkatan kadar glukosa pada penderita diabetes juga meningkatkan tekanan osmotik. Peningkatan kadar asam lemak bebas yang sering terjadi pada penderita diabetes juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik.

Kedua, penurunan volume darah. Penurunan volume darah dapat terjadi akibat berbagai sebab. Pertama adanya perdarahan hebat. Kondisi ini jika tidak teratasi segera dapat mengakibatkan syok hipovolemik.

Jika tubuh segera mengompensasi tetapi tidak segera disertai penggantian cairan dapat menjadi AKI.

Kondisi dehidrasi berat juga dapat mengakibatkan penurunan volume darah. Kondisi ini sering terjadi terutama pada kasus diare. Kondisi ini juga sering terjadi pada saat kekeringan hebat, kurang minum.

Ketiga, kondisi hipovolemik hipoosmotik. Pada kondisi ini terjadi penurunan tekanan osmotik yang hebat akibat terjadinya kehilangan protein. Kondisi ini umumnya terjadi saat terjadinya peradangan, sehingga terjadi pelebaran kapiler.

Akibatnya protein yang pada kondisi normal tidak dapat melalui glomerulus dapat melaluinya. Kondisi ini mengakibatkan proteinurie, yaitu urin penderita mengandung protein.

Baca juga: Waspada Gangguan Ginjal Akut, Ini Cara Ukur Pipis Anak yang Normal

Pada intoksikasi berbagai zat beracun, kondisi itu mendahului kondisi AKI. Kondisi ini disebut sebagai sindroma nefrotik. Pada sindroma nefrotik, urine penderita akan terlihat keruh dan tidak bening.

Kondisi itu biasanya juga disertai kondisi udem atau bengkak seluruh tubuh terutama kaki. Jika kondisi berlanjut, maka urine penderita semakin berkurang dan dapat terjadi AKI.

Kembali pada vasopresin. Sebagai neurotransmiter efeknya tidak hanya pada pembuluh darah ginjal, tetapi juga pembuluh darah lain terutama pada jantung dan pembuluh darah ke otak.

Pada orang dewasa komplikasi pelepasan vasopresin ke pembuluh darah otak dan jantung sering berakibat fatal.

Perhatikan kekeruhan urine

Bagaimana mendeteksi dini kemungkinan AKI akibat intoksikasi zat beracun tentu dengan memperhatikan kekeruhan urine. Urin yang keruh menandakan adanya kandungan protein. Semakin keruh urine penderita menunjukkan semakin luas kerusakan yang terjadi.

Kondisi itu harus diatasi dengan pemberian cairan setiap habis buang air kecil dan diet tinggi protein. Pemberian anti inflamasi dapat diberikan. Namun ada cara alami tanpa obat yang dapat memicu pelepasan anti inflamasi alami tubuh kita sendiri, kortisol.

Kortisol adalah hormon tubuh yang berfungsi sebagai anti inflamasi. Pelepasab kortisol terutama dipengaruhi oleh growth hormon. Growth hormon akan dilepaskan dalam kondisi relaks dan hipoglikemia, sehingga untuk memicu pelepasan hormon ini anda harus menghentikan sementara asupan karbohidrat dan membatasi waktu makan empat jam sebelum istirahat tidur.

Baca juga: Kontaminasi Etilen Glikol Sebabkan Gagal Ginjal Akut Misterius? 4 Hal yang Harus Diketahui

Cara ini terbukti cukup manjur untuk mengatasi peradangan oleh sebab lain. Cara ini juga dipercaya dapat mengurangi berbagai timbunan zat toksik berbahaya.

Umumnya, meski zat toksik ini tidak langsung mengakibatkan kerusakan di sel, tetapi dapat mengakibatkan mutasi sel menjadi sel kanker.

Jadi jangan terlalu panik menghadapi AKI. Lakukan deteksi dini dan pencegahan sebelum jatuh ke dalam kondisi AKi.

Caranya, seperti yang saya jelaskan sebelumnya diet autofagi. Hentikan sementara asupan karbohidrat, batasi jam makan empat jam sebelum tidur dan minum semampunya setiap habis buang air kecil.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com