Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
CITA RASA NUSANTARA

Mayoritas Mi Instan Diproduksi dengan Cara Digoreng, Ini Bahayanya jika Dikonsumsi Berlebihan

Kompas.com - 16/06/2023, 18:16 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mi instan merupakan salah satu makanan favorit sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain praktis dan mudah dibuat, penganan berbahan dasar tepung gandum itu memiliki rasa gurih yang menggoda. Apalagi, jika ditambahkan telur mata sapi, cabai rawit iris, dan bawang goreng.

Lantaran bercita rasa sedap, tak sedikit orang Indonesia menjadikan mi instan sebagai penganan utama. Bahkan, Indonesia masuk dalam daftar tiga besar negara pengonsumsi mi instan terbanyak dunia.

Dilansir dari World Instant Noodles Association (WINA), Jumat (13/5/2022), konsumsi mi instan di Indonesia meningkat 4,98 persen menjadi 13,27 miliar bungkus pada 2021. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat kedua setelah China dengan konsumsi 43,99 miliar bungkus.

Di balik tren konsumsi mi instan yang begitu masif, tahukah Anda bahwa mayoritas mi instan diproduksi melalui penggorengan?

Baca juga: Ahli Gizi UM Surabaya Ingatkan Bahaya Anak Terlalu Sering Makan Mi Instan

Perlu diketahui, pembuatan mi instan pada umumnya terdiri dari enam tahap, yakni pencampuran (mixing), pembentukan (roll press), pengukusan (steaming), penggorengan (frying), pendinginan (cooling box), dan pengemasan (packing).

Penggorengan sendiri bertujuan untuk mengurangi kadar air pada mi hingga sekitar 3-5 persen sehingga lebih awet. Proses tersebut pun menjadi perhatian sebagian masyarakat lantaran dinilai berpengaruh terhadap kesehatan.

Lantas, seperti apa faktanya? Berikut adalah risiko kesehatan yang dapat timbul karena mengonsumsi makanan yang digoreng.

1. Penyakit jantung

Berdasarkan 17 hasil riset yang diterbitkan Heart, Senin (18/1/2021), makanan yang diolah melalui penggorengan berisiko memicu penyakit jantung.

Baca juga: Apa Itu Etilen Oksida, Zat yang Ditemukan dalam Produk Mi Instan?

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa seseorang yang mengonsumsi gorengan secara berlebih berisiko terkena penyakit jantung 22 persen lebih tinggi daripada yang makan gorengan dalam porsi kecil.

Tidak hanya itu, individu yang mengonsumsi gorengan secara berlebihan juga berisiko 28 persen lebih tinggi mengalami peristiwa kardiovaskular utama, seperti strok atau gagal jantung.

Selain itu, makanan yang digoreng pada suhu sangat tinggi juga dapat menghasilkan senyawa yang berpotensi meningkatkan peradangan dan stres oksidatif. Peradangan ini terkait dengan penyakit kardiovaskular.

2. Diabetes

Dalam sebuah studi yang dimuat Healthline, Kamis (9/2/2023), makanan yang diolah dengan cara digoreng, seperti mi instan, juga dapat memicu diabetes tipe 2.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 3 Bahaya Mi Instan Buat Anak, Contohnya Diabetes

Studi tersebut menunjukkan bahwa mengonsumsi sebanyak 4-6 porsi per minggu makanan yang digoreng dapat memicu diabetes tipe 2 sebesar 39 persen.

Hal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, penganan yang diolah dengan cara digoreng terlebih dahulu mengandung kalori tinggi. Alhasil, energi yang masuk ke dalam tubuh lebih tinggi daripada yang dibutuhkan.

3. Risiko kanker

Pengolahan makanan dengan menggoreng berpotensi menghasilkan produk samping karsinogenik yang disebut akrilamida.

Dilansir dari Medical News Today, Selasa (28/5/2019), akrilamida merupakan senyawa kimia berbahaya yang berdampak buruk untuk kesehatan. Zat kimia ini dapat menimbulkan sejumlah penyakit kanker, seperti ginjal, endometrium, dan ovarium.

Meski begitu, penelitian tentang akrilamida masih terus berlanjut guna mengetahui secara spesifik pengaruh penggorengan makanan terhadap risiko kanker.

Baca juga: Hati-hati, Ini Bahaya Mi Instan bagi Kesehatan

4. Obesitas

Risiko yang dapat timbul akibat mengonsumsi makanan yang digoreng adalah kegemukan atau #obesitas. Pasalnya, makanan yang digoreng mengandung lebih banyak kalori ketimbang makanan yang tidak digoreng.

Selain itu, lemak trans dalam makanan yang digoreng dapat memicu penambahan berat badan. Pasalnya, lemak trans memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan penyimpanan lemak.

Itulah empat risiko konsumsi mi instan terhadap kesehatan, khususnya yang diproses melalui tahap penggorengan. Oleh karena itu, hindari mengonsumsi mi instan secara eksesif agar kesehatan tubuh tetap terjaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau