KOMPAS.com - Berteriak, menangis, berguling-guling, hingga melempar benda adalah kondisi atau gejala tantrum pada sebagian besar anak balita.
Tantrum pada anak balita umumnya berlangsung selama 10-20 menit, namun kondisi ini bisa bertahan lebih lama jika orangtua belum menemukan penyebabnya dan mengatasi masalah tersebut.
Terlepas dari cara anak menunjukkan emosi dan durasinya, Anda mungkin perlu mengetahui fase tantrum berikut.
Baca juga: Mengenal Tantrum pada Balita, Gejala, Penyebab, sampai Pencegahannya
Dilansir dari HuffingtonPost, berikut penjelasan mengenai lima fase tantrum:
Fase tantrum pada balita umumnya dimulai dengan penolakan. Ketika keinginannya tidak dipenuhi, si kecil tampak mengabaikan instruksi orangtua, bahkan menolak saat diajak bicara.
Beberapa anak balita memilih mengurung diri di kamar atau menjauhi orangtuanya.
Setelah penolakan, tahap tantrum selanjutnya adalah kemarahan atau ledakan amarah.
Biasanya, ekspresi marah mulai muncul ketika ayah atau ibunya berusaha mengoreksi atau menasihati perilaku si kecil.
Di fase inilah anak mulai mengomel, berteriak, menangis, melempar, hingga merusak benda di sekitarnya sebagai bentuk amarah.
Fase tantrum selanjutnya adalah negosiasi atau tawar-menawar untuk membuat si kecil luluh dan dapat mengendalikan emosinya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.