KOMPAS.com - Terdiagnosis diabetes melitus berarti kita akan hidup dengan penyakit ini seumur hidup. Walau tidak bisa disembuhkan, tapi ada kondisi remisi dari diabetes.
Diabetes melitus merupakan gangguan kesehatan yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal atau di atas 130 mg/dL sebelum makan atau 180 mg/dL setelah makan.
Diabetes tipe 2 secara umum termasuk dalam penyakit progresif atau bisa memburuk seiring waktu. Walau begitu, bukan berarti kita tak bisa mendapatkan lagi kadar gula darah yang normal.
Dalam penelitian terbaru disebutkan, "sekarang sudah dapat dipastikan bahwa proses penyakit dapat dihentikan dengan pemulihan metabolisme karbohidrat dan lemak menjadi normal. Dan dalam beberapa kasus, perkembangannya bahkan bisa terbalik".
Penyandang diabetes tipe 2 bisa mendapatkan kadar gula darah normal tanpa obat-obatan. Kondisi ini dalam dunia medis disebut sebagai remisi, bukan sembuh.
Baca juga: Kenapa Merokok Jadi Faktor Risiko Diabetes Tipe 2? Ini Penjelasannya
Remisi bisa diartikan sebagai berkurangnya gejala penyakit atau hilangnya gejala untuk sementara waktu.
Para pakar diabetes memang lebih berhati-hati menggunakan istilah untuk menggambarkan fenomena ini.
Pemakaian istilah "sembuh" atau "dibalik" dinilai kurang tepat sebab jika sembuh berarti penyakitnya hilang dan tidak kembali lagi.
Selain itu, penyandang diabetes juga harus melakukan penyesuaian gaya hidup yang drastis untuk menjaga kadar gula darahnya sama seperti orang non-diabetes.
Istilah "remisi" dinilai lebih tepat karena meski kadar gula darah sudah normal, tetapi mereka masih menderita resistensi insulin, faktor yang membuat mereka harus sangat berhati-hati dalam manajemen gula darah.
Baca juga: Apakah Gula Darah Bisa Normal Tanpa Obat? Berikut Penjelasannya…
Beberapa pasien diabetes berhasil mengembalikan kondisi kesehatannya, yaitu kadar gula darahnya normal tanpa menggunakan metformin, insulin, atau obat lainnya. Kondisi yang sebenarnya bukan lagi diabetes.
Remisi diabetes kini diartikan sebagai "kembalinya kadar HbA1c kurang dari 6.5 persen yang terjadi spontan atau setelah intervensi dan bertahan setidaknya tiga bulan tanpa penggunaan insulin atau obat penurun glukosa.
Namun, kondisi remisi ini bisa sewaktu-waktu akan kembali lagi. Pasien tersebut masih memiliki faktor genetik yang membuat mereka menyandang diabetes. Jika pola makan dan gaya hidup tidak disiplin, diabetes akan kembali.
Selain itu kerusakan metabolik yang terjadi karena kadar gula darah yang tinggi tidak bisa dikembalikan. Komplikasi diabetes juga akan tetap ada setelah remisi.
Para ahli menyerankan agar penyandang diabetes yang sudah remisi tetap rutin memeriksakan kadar gula darahnya.
Baca juga: 9 Buah Rendah Gula, Cocok untuk Dikonsumsi Penderita Diabetes
Kondisi remisi sayangnya tidak bisa dicapai oleh semua penyandang diabetes melitus.
Dalam uji coba klinis ditemukan bahwa dua pertiga partisipan studi yang mengalami penurunan berat badan dramatis juga mengalami fungsi sel beta yang signifikan.
Sementara sepertiganya masuk dalam kelompok "tidak merespon" yaitu yang yang tidak ada perubahan kadar gula darah walau mereka juga menyukai efek dari penurunan berat badan.
Dengan kata lain, jika kamu menyandang diabetes tipe dua dan kegemukan, penurunan berat badan akan membantu mengontrol tekanan darah dan meningkatkan parameter kesehatan secara umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.