Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Annis Naimmatun
Praktisi Pendidikan Khusus

Alumni S1 Pendidikan Luar Biasa UNY, pernah melakukan beberapa penelitian di bidang Pendidikan Khusus, dan owner Bimbingan Belajar Les Privat Jogja

Retardasi Mental pada Anak

Kompas.com - 30/07/2024, 14:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RETARDASI mental ditandai keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan adaptif. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan individu dalam belajar, komunikasi, dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Ada pemahaman yang salah terkait retardasi mental, yaitu menganggap sebagai penyakit. Padahal ini merupakan kondisi yang berlangsung seumur hidup sehingga memerlukan penanganan serta dukungan berkelanjutan.

Apa itu retardasi mental?

Menurut American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD), retardasi mental didefinisikan sebagai fungsi intelektual di bawah rata-rata, yang terjadi sebelum usia 18 tahun dan disertai keterbatasan dalam dua atau lebih area adaptif seperti komunikasi, perawatan diri, keterampilan sosial, dan kehidupan mandiri.

Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes IQ dan evaluasi adaptif. Lebih detail dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau dikenal sebagai DSM V, retardasi mental melibatkan tiga kriteria utama:

  1. Fungsi intelektual di bawah rata-rata, yaitu IQ di bawah 70-75 dianggap sebagai indikasi keterbatasan intelektual.
  2. Keterbatasan dalam fungsi adaptif, merujuk pada kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan kehidupan sehari-hari dan tingkat kemandirian yang sesuai dengan usia dan kelompok sosialnya. Area yang termasuk dalam fungsi adaptif, yaitu komunikasi, keterampilan sosial, dan kehidupan sehari-hari.
  3. Muncul sebelum usia 18 tahun. Keterbatasan ini harus terlihat sebelum individu mencapai usia 18 tahun untuk dapat diklasifikasikan sebagai disabilitas intelektual.

Apa saja penyebab retardasi mental?

Redartasi mental atau disabilitas intelektual dapat disebabkan beberapa faktor, baik genetik maupun lingkungan. Beberapa penyebab umum meliputi:

  1. Faktor genetik, seperti Sindrom Down, Sindrom Fragile X, dan Sindrom Rett adalah beberapa kelainan genetik yang dapat menyebabkan retardasi mental.
  2. Prenatal, paparan terhadap alkohol, obat-obatan tertentu, atau infeksi tertentu selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin.
  3. Komplikasi kelahiran, seperti asfiksia/kekurangan oksigen saat lahir, prematuritas, atau trauma kelahiran dapat menyebabkan kerusakan otak bayi.
  4. Lingkungan, misalnya malnutrisi, kurangnya stimulasi mental, dan paparan terhadap racun juga dapat berkontribusi terhadap retardasi mental.

Retardasi mental dapat disebabkan berbagai faktor di atas yang berinteraksi kompleks. Pengetahuan tentang penyebab-penyebab tersebut sangat penting untuk diagnosis dini sehingga mendapat intervensi dan dukungan yang tepat.

Selain itu, pengetahuan tentang faktor penyebab dapat dijadikan preventif agar tidak terjadi retardasi mental pada anak, meskipun ada kondisi-kondisi yang tidak dapat dicegah oleh ibu hamil.

Jika terjadi anak mengalami retardasi mental, maka perlu pengananan dan dukungan yang tepat sejak dini.

Meskipun kita sama-sama mengetahui bahwa retardasi mental adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan penanganan dan dukungan yang tepat, maka membantu anak mencapai potensi optimal mereka.

Bagaimana penanganan dan dukungan yang tepat?

Penanganan dan dukungan yang tepat sering dikenal dengan intervensi dini, yakni serangkaian program yang dirancang untuk membantu anak dengan retardasi mental agar dapat mencapai potensi optimal.

Dalam intervensi terdapat banyak program, seperti identifikasi dan asesmen dini, program pendidikan khusus, terapi, komunitas, serta pelatihan keterampilan hidup.

Identifikasi dan asesmen merupakan bagian penting yang harus pertama dilakukan. Identifikasi dapat berisi checklist yang terdiri dari ciri atau karakteristik anak dengan retardasi mental.

Hal ini berguna untuk penetapan awal, apakah anak mengalami risiko atau diduga mempunyai kondisi retardasi mental.

Setelah identifikasi lalu dapat dilakukan asesmen untuk mendapatkan data terkait kemampuan anak yang lebih detail. Perpaduan dari identifikasi dan asesmen inilah yang dapat dijadikan penegakan diagnosis.

Identifikasi dan asesmen dapat dilakukan di beberapa layanan kesehatan atau klinik tumbuh kembang anak. Karena ini sangat penting bagi intervensi selanjutnya, maka direkomendasikan dilakukan oleh ahli dalam bidang ini, misalnya dokter, psikolog, atau ahli pendidikan khusus.

Program pendidikan khusus dapat dilakukan dalam rangka mengoptimalkan fungsi otak anak. Berbagai layanan pendidikan bagi anak dengan retardasi mental diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi.

Dalam hal ini, baiknya orangtua mencari informasi mendalam terkait sekolah yang dapat menangani anak-anak mereka, karena masing-masing sekolah biasanya memiliki keunggulan program pendidikan.

Anak dengan retardasi mental juga mengalami hambatan dalam motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus.

Hal ini dapat ditangani dengan melakukan terapi yang mencakup kemampuan motorik, hingga kemampuan wicara.

Biasanya terapi sederhana dapat dilakukan secara mandiri oleh orangtua, namun beberapa terapi hanya dapat dilakukan oleh profesional.

Terapi dapat dilakukan di tempat layanan kesehatan, klinik tumbuh kembang, atau beberapa sekolah memiliki program yang berintegrasi dengan terapi.

Komunitas juga merupakan hal yang tak kalah penting, karena dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya.

Komunitas tidak hanya berguna bagi anak itu sendiri, namun orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental juga memerlukan dukungan seperti ini.

Komunitas anak dengan retardasi mental bisa didapatkan sekaligus jika anak bersekolah di sekolah tertentu, baik Sekoloah Luar Biasa maupun Sekolah Inklusi.

Tidak melulu komunitas dengan kondisi anak yang sama, komunitas yang lebih heterogen juga sangat bermanfaat bagi anak.

Terakhir, yaitu keterampilan hidup atau sehari-hari, mencakup semua keterampilan yang diperlukan anak untuk mencapai kemandirian dalam melakukan tugas sehari-hari.

Keterampilan sehari-hari dapat diajarkan oleh orangtua secara mandiri, guru di sekolah, bahkan terapis.

Untuk orangtua yang ingin mengajarkan anak keterampilan sehari-hari, perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya agar mendapatkan pengetahuan tentang hal tersebut.

Saat ini juga sudah mulai ada pelatihan-pelatihan untuk orangtua dalam menangani anak dengan retardasi mental di rumah. Dalam aspek keterampilan sehari-hari perlu kolaborasi yang baik antara orangtua, guru, terapis, psikolog, maupun ahli profesional lain.

Kesimpulan

Retardasi mental merupakan kondisi perkembangan yang kompleks dan memerlukan penanganan yang holistik dan berkelanjutan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan penanganan, anak dengan retardasi mental dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Dukungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat sangat penting untuk membantu mereka dalam mencapai potensi yang optimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau