Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Noerolandra Dwi S
Surveior FKTP Kemenkes

Menyelesaikan pascasarjana FKM Unair program studi magister manajemen pelayanan kesehatan. Pernah menjadi ASN di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban bidang pengendalian dan pencegahan penyakit. Sekarang menjadi dosen di Stikes NU di Tuban, dan menjalani peran sebagai surveior FKTP Kemenkes

Urgensi Percepatan Dokter Spesialis

Kompas.com - 28/08/2024, 09:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tenaga spesialis dibutuhkan mengingat rasio spesialis dengan populasi masih rendah, serta peningkatan penyakit tidak menular, komplikatif, kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas seringkali menjadi makanan sehari-hari.

Pendidikan dokter spesialis hospital based diharapkan mengatasi masalah jumlah dan distribusi.

Peserta diutamakan putra daerah atau dokter di rumah sakit tersebut. Sehingga penempatan sesuai kebutuhan masyarakat dan biaya pendidikan dikeluarkan juga akan lebih murah.

Peserta didik (residen) tidak dikenakan membayar pendidikan, mereka bekerja di rumah sakit tersebut, dan mempunyai hak (termasuk insentif) seperti nakes yang lain.

Kita mendukung tekad pemerintah dalam upaya mencetak dokter spesialis dalam jumlah yang dibutuhkan secara cepat.

PPDS berbasis rumah sakit pendidikan (hospital based), university based dan Academic Health System diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan distribusi dokter spesialis.

Dokter spesialis dari hospital based yang dibiayai negara akan dapat ditempatkan di daerahnya atau di rumah sakit di pelosok Indonesia yang masih kekurangan tenaga dokter spesialis.

Apakah program hospital based dapat menekan aksi bullying di program PPDS yang selama ini ramai dibicarakan dan menghambat produksi dokter spesialis?

Kita belum dapat menduga bagaimana kedepannya. Namun yang pasti Kemenkes berupaya menghadirkan status residen yang sama dengan tenaga medis dan nakes lain yang bekerja di rumah sakit hospital based tersebut.

Residen akan mendapatkan kedudukan sama, mendapat perlindungan kesehatan, perlindungan hukum, jam kerja wajar, dan statusnya bukan pembantu, tapi tim kerja profesional yang memberikan pelayanan di rumah sakit tersebut.

Banyak pihak yang menyatakan kalau bullying sulit dihilangkan karena sudah berlangsung lama dan relasi senior yunior dalam pelaksanaan program PPDS. Relasi senior-yunior sudah berjalan lama dan menjadi karakter PPDS.

Beberapa hal telah diambil dan pemerintah bekerja supaya kejadian negatif dapat dikikis meskipun membutuhkan perjuangan dan waktu tak sedikit.

Kemenkes, Kemendibudristek dan pengampu terkait perlu menghadirkan kondisi optimum sehingga ekosistem bullying tidak hadir dalam pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Kondisi jika tidak berubah menghantui keluarga dokter.

Semoga tidak terlalu lama. Tidak sampai 10 tahun jumlah dokter spesialis kita telah memenuhi standar yang ditetapkan.

Banyak rumah sakit dibangun tanpa dokter spesialis yang sulit didapatkan membuat fasyankes (rumah sakit) menurun di mata masyarakat.

Kualitas pelayanan kesehatan akan meningkat dengan kehadiran dokter spesialis. Kesehatan terjaga dan kematian yang semestinya dihindari dapat dilakukan dengan pendekatan spesialistik, modern dan efektif.

Dalam program JKN, kebutuhan pendidikan dokter spesialis makin mendesak dalam pemenuhan jumlah dan kualitas dokter spesialais.

Kebutuhan dokter spesialis makin dirasakan akhir-akhir ini karena tantangan masalah kesehatan yang terus berkembang hingga pelosok negeri. Pasien dan masyarakat dapat terlayani dengan baik, aman, bermutu, dan berdampak dalam human development index.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau