Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2024, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat ini menjadi penyakit yang muncul sepanjang tahun. Namun, pada awal tahun biasanya akan terjadi wabah DBD. Padahal, banyak yang bisa dilakukan sebagai pencegahan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sampai dengan minggu ke-42 tahun 2024, terdapat 203.921 kasus dengue di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi dengan 1.210 kematian di 258 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Angka tersebut lebih tinggi dari akumulasi kasus sepanjang tahun 2023 yaitu 114.720 kasus terkonfirmasi dengue dengan 894 kematian.

kata Tim Kerja Arbovirus, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr.Agus Handito M.Epid mengakui bahwa prevalensi dengue di Indonesia menunjukkan tantangan yang serius.

"Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, terutama terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kita masih melihat angka kasus yang fluktuatif setiap tahunnya," kata Agus dalam acara talkshow memperingati Hari Kesehatan Nasional di Jakarta (9/11/2024).

Baca juga: Kemenkes Keluarkan 2 SE Antisipasi Risiko DBD dan Leptospirosis di Musim Hujan

Selain upaya PSN dengan melakukan tindakan 3M Plus (menguras, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang bekas), sebenarnya masih banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.

Masyarakat diingatkan untuk melakukan pembersihan sarang nyamuk rutin, menggunakan kelambu, hingga mengoleskan losion antinyamuk. Namun demikian, pencegahan DBD yang efektif dan penting adalah melakukan vaksinasi.

“Masyarakat juga dapat mempertimbangkan pencegahan inovatif sebagai tambahan seperti imunisasi dengue. Vaksin dengue yang ada saat ini sudah mendapat ijin BPOM, dapat diberikan kepada kelompok usia 6 sampai 45 tahun, melindungi dari 4 serotipe dengue, dan direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2023," kata Prof.Soedjatmiko Sp.A dalam acara yang sama.

Vaksinasi DBD penting sebab anak dan dewasa yang pernah terjangkit salah satu jenis virus dengue, masih dapat terjangkit jenis lainnya, dan infeksi berikutnya gejalanya bisa lebih berat.

Prof.Soedjatmiko menyebutkan, vaksin dengue dapat melindungi seseorang hingga 84 persen dari penyakit DBD, artinya memang masih ada peluang untuk bisa terkena DBD. Hanya saja, umumnya gejalanya ringan bagi yang sudah mendapatkan vaksin.

Memperingati Hari Kesehatan Nasional 2024, PT.Takeda Innovative Medicine bersama Kementrian Kesehatan melakukan kampanye masyarakat #Ayo3MPlusVaksinDBD, yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap penyakit ini.

Baca juga: Pernah Sakit DBD Bukan Berarti Bisa Kebal Virus Dengue

“Mengingat tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue, pencegahan menjadi kunci. Oleh karena itu, kami mendorong setiap individu untuk mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang risiko dengue," kata Presiden Direktur PT.Takeda Innovative Medicine Andreas Gutknecht.

Ia juga menyebut dengan program kampanye dan edukasi tentang upaya pencegahan DBD yang terus digencarkan, saat ini kesadaran untuk melakukan vaksinasi mulai meningkat.

"Kami melihat banyak keluarga yang mulai mengambil tindakan. Selain itu, kami melihat mulai banyak perusahaan yang melakukan program vaksinasi bagi karyawan mereka. Dan kita (Indonesia) telah memiliki 3 program vaksinasi dengue publik di Balikpapan, Samarinda, dan Probolinggo," ujarnya.

Namun, jalan menuju nol kematian dengue pada tahun 2030 masih panjang. Dibutuhkan komitmen kuat dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, para kader Jumantik, hingga masyarakat untuk menunjukkan bahwa pencegahan dengue adalah tanggung jawab bersama.

Baca juga: Janji Naikkan Honor Petugas Jumantik, Rano Karno: Masa Ngitungin Nyamuk Gajinya Rp 500.000

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau