BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com mengenai upaya Indonesia menanggulangi DBD

Takeda Global: Indonesia Jadi Teladan dalam Pencegahan dan Pengendalian DBD

Kompas.com - 15/10/2024, 17:15 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai salah satu negara yang paling terdampak oleh demam berdarah dengue (DBD), Indonesia menghadapi beban berat, baik bagi keluarga maupun sistem kesehatan nasional.

Meski begitu, Indonesia berhasil menunjukkan kepemimpinan kuat dalam memerangi penyakit tersebut melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (SNPD) 2021-2025.

Strategi tersebut memprioritaskan upaya pencegahan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, praktisi kesehatan, sektor swasta, hingga masyarakat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat dengue pada 2030.

Perusahaan biofarmasi global, Takeda, mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini.

Apresiasi tersebut disampaikan President of Global Vaccine Business Unit, Takeda, Derek Wallace dalam kunjungannya ke Tanah Air sebagai bagian dari perjalanan ke Asia Tenggara.

Baca juga: Mengenal ASEAN Dengue Day, dari Sejarah hingga Gerakan Nasional Waspadai DBD dari Waktu ke Waktu

“Merupakan kehormatan dapat mengunjungi Indonesia, negara yang telah menunjukkan komitmen kuat dalam memerangi DBD. Dilihat dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif untuk melawan penyakit yang mengancam jiwa ini,” ujar Derek dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (7/10/2024).  

Derek melanjutkan, kepemimpinan pemerintah Indonesia dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif, seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak.

“Saya yakin, dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai nol kematian akibat dengue pada 2030,” kata Derek.

Dengan kepemimpinan Indonesia yang nyata dalam penanggulangan DBD, lanjut Derek, Takeda berkomitmen untuk terus mendukung program pemerintah melalui inovasi pencegahan dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

"Kami akan membawa strategi dan inisiatif pencegahan DBD yang dijalankan di Indonesia sebagai salah satu pembelajaran untuk memformulasikan penanganan DBD yang lebih baik demi menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman DBD," tambahnya.

Baca juga: Tren Peningkatan Kasus DBD dan Langkah Intervensi Inovatif dalam Penanggulangan DBD di Tanah Air

Untuk diketahui, DBD merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue. Penyakit ini dapat menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan risiko infeksi lanjutan yang lebih parah.

Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian pada 2023.

Beban ekonomi DBD juga signifikan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat pembiayaan pada 2023 mencapai Rp 1,3 triliun atau meningkat tajam dari Rp 626 miliar pada 2023.

Baca juga: Menilik Peran Vaksin dan Inovasi Teknologi Wolbachia dalam Menanggulangi Kasus DBD di Tanah Air

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menegaskan,  pemerintah berkomitmen memerangi DBD melalui langkah preventif yang terintegrasi.

“Melihat peningkatan kasus yang terjadi pada 2023 sampai dengan 2024, menunjukkan perlunya langkah pencegahan yang lebih efektif dan inovatif,” kata Dante.

Untuk itu, lanjut Dante, enam strategi nasional penanggulangan dengue, ditetapkan pemerintah. Keenamnya, yakni manajemen penguatan vektor aman dan berkesinambungan; peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue; dan penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen kejadian luar biasa (KLB) yang responsif.

Selain itu, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan; penguatan komitmen pemerintah, kebijakan-manajemen program, dan kemitraan;  serta pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.

Meski begitu, menurut Dante, keberhasilan penanggulangan dengue tidak hanya tergantung pada komitmen pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak.

Baca juga: Pernah Sakit DBD Bukan Berarti Bisa Kebal Virus Dengue

Kolaborasi sinergis lintas-sektor pun dinilai penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian dengue dapat berjalan efektif di seluruh Indonesia.

“Untuk itu, kami berterima kasih kepada PT Takeda Innovative Medicines atas dukungannya dalam media briefing dan talk show ‘Kepemimpinan Indonesia dalam Melawan Dengue’ ini,” kata Dante.

Kepemimpinan Indonesia tanggulangi DBD

SNPD 2021-2025 memperlihatkan kepemimpinan Indonesia dalam penanggulangan DBD. Ini juga sebagai wujud komitmen dalam mengejawantahkan peta jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 dari WHO.

Target mengeliminasi dengue pada 2030 menjadi dasar kolaborasi dan pembuatan strategi preventif DBD.

Sejumlah program pun telah dilaksanakan pemerintah Indonesia. Antara lain mencanangkan langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), serta intervensi inovasi seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia.

Baca juga: DBD Masih Jadi PR di Indonesia, Nyamuk Dengue Perlu Dikendalikan

Selain itu, pemerintah juga menjalin berbagai kemitraan multi-sektor, salah satunya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024.

Kemenkes RI bersama dengan Kaukus Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan didukung  oleh Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan para pemangku kepentingan lintas-sektor, juga meluncurkan Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue pada  2023. Tujuannya, guna merumuskan penanggulangan DBD yang lebih menyeluruh di Indonesia.

Komitmen kuat untuk mencegah DBD tidak hanya datang dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah (pemda). Contohnya, gagasan Dinas Kesehatan (Dinkes)  Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk memvaksinasi 9.800 anak-anak usia sekolah dasar (SD) di kota Balikpapan. Tak berhenti di situ, program tersebut berlanjut ke Kota Samarinda.

Pada 14 September lalu, Dinkes Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa menyasar siswa SD dan MI didanai murni oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Adapun Probolinggo merupakan kabupaten dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa  Timur sebanyak 2.309 kasus hingga Agustus 2024. Sementara, Provinsi Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan dengan kasus DBD tertinggi kedua nasional.

Baca juga: Efektivitas Vaksin Dengue untuk Mencegah Demam Berdarah

Sasaran pemberian vaksinasi DBD kepada 1.120 siswa SD dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Kabupaten Probolinggo.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan, seluruh pihak perlu berperan aktif dalam mencegah DBD untuk membuat perubahan.

“Pencegahan adalah kunci melawan DBD. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama, yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif, seperti vaksin DBD. Bersama-sama kita bisa membuat perbedaan,” kata Andreas.

Andreas melanjutkan, Takeda di Indonesia berkomitmen menjadi mitra jangka panjang dalam melawan DBD melalui pencegahan inovatif kami dan lebih dari itu.

“Kami bekerja sama dengan seluruh  jajaran pemerintah dan pemangku kepentingan swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia,” tegasnya.

Baca juga: Menuju Target Nol Kematian akibat Demam Dengue

Kenali tanda dan gejala

Untuk ikut terlibat aktif dalam upaya tersebut, Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K),  menjelaskan bahwa masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala dengue.

Sedikitnya, ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yakni fase demam, kritis, dan pemulihan.

“Fase kritis ditandai dengan turunnya demam. Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah atau gelisah, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut,” terang dr Anggi.

Hingga saat ini, lanjut dr Anggi, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial.

Untuk itu, upaya tersebut harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga. Gerakan 3M Plus dan vaksinasi adalah langkah penting untuk melindungi keluarga dari ancaman dengue.

Baca juga: Takeda Siap Produksi Vaksin DBD 50 Juta Dosis Pertahun

Namun, untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter. Dengan begitu, risiko keparahan dan rawat inap akibat dengue dapat berkurang secara signifikan.

“Meskipun anak adalah yang paling rentan terjangkit, tetapi remaja dan dewasa tetap perlu perlindungan karena penyebaran virus dengue tidak terbatas usia, di mana seseorang tinggal, serta gaya hidup mereka," jelasnya.

Untuk melindungi diri dan keluarga dari risiko dengue, segera periksakan diri ke dokter jika gejala muncul, seperti nyeri perut atau muntah-muntah. 

Informasi lebih lanjut seputar dengue atau DBD, termasuk mitos dan fakta, serta langkah-langkah pencegahan lebih mendalam, termasuk pentingnya vaksinasi dan Gerakan 3M Plus, kunjungi laman Cegah DBD. Bersama-sama kita dapat berkontribusi dalam memerangi penyebaran dengue dan menjaga kesehatan masyarakat.

 

 

 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau