Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Ajak Masyarakat Skrining TBC Mandiri

Kompas.com - 08/12/2024, 16:48 WIB
Fristin Intan Sulistyowati,
Khairina

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com-Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengajak masyarakat untuk ikut dalam penanggulangan tuberkulosis (TBC) dengan melakukan skrining TBC mandiri.

"Skrining itu penting, karena menjaga masyarakat kita tetap sehat jauh lebih murah dan kualitas hidup jauh lebih baik dibandingkan kita mengobati pada saat mereka terlambat sudah sakit," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di sela Peluncuran Skrining Mandiri TBC dan Kesehatan Jiwa oleh Pemprov Jawa Tengah di Solo, Minggu (8/12/2024).

Menkes menyebut penyakit tuberkulosis atau TBC gampang diobati jika kasusnya sudah ditemukan.

"TBC itu kalau kita bisa temukan saat dia masih laten di x-ray, maka pengobatan bisa dengan cepat kita berikan. Sekarang pengobatan TBC sudah bagus," kata Budi.

Baca juga: Menkes: Belum Ada Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan di 2025

Dengan pengobatan cepat, lanjutnya, maka penderita TBC tidak sampai menularkan ke orang lain. Oleh karena itu Menkes menyambut baik peluncuran skrining mandiri TBC yang diinisiasi oleh Pemprov Jateng.

"Semua skrining itu penting, karena menjaga masyarakat kita tetap sehat jauh lebih murah dan kualitas hidup jauh lebih baik dibandingkan kita mengobati pada saat mereka terlambat, sudah sakit," kata Menkes.

Bahkan, menurut dia, skrining mandiri harus ditingkatkan mengingat seringkali penderita TBC tidak merasakan gejala apapun.

"TBC itu kadang-kadang nggak bergejala juga, tapi kalau kemudian di lingkungan kita kena TBC, kayak Covid-19 dulu, lebih baik datang ke puskesmas untuk dicek, karena siapa tahu kita sudah tertular," katanya.

Terkait dengan kasus TBC secara nasional, estimasi organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) ada satu juta penderita TBC. Dari total tersebut 500.000 kasus sudah ditemukan.

"Jadi bayangin yang 500.000 yang lain nggak ditemukan. Oleh karena itu langkah pertama ditemukan dulu," ujar Menkes.

Baca juga: Menkes: SDM Kunci Utama Sehatkan Jantung Indonesia

Meski demikian, dikatakannya, pada tahun lalu temuan sudah naik menjadi 840.000 kasus.

"Tahun ini saya harapkan bisa 900.000, karena kalau dia ditemukan, bisa kita kasih obatnya dan bisa sembuh," kata Menkes.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar mengatakan pihaknya meluncurkan satu fitur baru tentang skrining mandiri TBC dan kesehatan jiwa.

"Ini untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa skrining ini penting, karena TBC itu kadang orang malu kena, gejala mungkin dia nggak merasa bergejala," katanya.

Ia mengatakan dengan skrining mandiri harapannya dapat dikategorikan apakah dia bergejala atau tidak.

"Itu menurut persepsi yang bersangkutan dengan indikator yang ada. Kemudian dia ditunjukkan ke puskesmas mana dia harus periksa lewat fitur itu," katanya.

Selanjutnya penderita TBC diperiksa secara medis oleh dokter untuk dipastikan apakah benar dia terjangkit TBC atau batuk biasa, atau mungkin penyakit lain.

"Kalau sudah ditemukan akan diskrining, obati sampai sembuh. Pengobatan enam bulan, kemudian ada drop out atau berhenti minum, ini bahaya. Bisa resisten, itu nanti akan sulit diobati," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau