Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Perburuk Penyakit Pernapasan Kronis

Kompas.com - 05/10/2024, 15:25 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Polusi udara merupakan ancaman kesehatan utama pada kesehatan paru. Bahkan, beberapa penyakit pernapasan kronis menjadi lebih buruk jika terpapar polusi udara secara signifikan.

Laporan Global Burden of Diseases 2019 yang dirilis Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperlihatkan bahwa jumlah kasus penyakit pernapasan di Indonesia cukup tinggi, seperti pneumonia, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan kanker paru.

Faktor-faktor seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan penularan penyakit memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan paru-paru.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah meningkatnya polusi udara saat ini, yang berdampak negatif pada kesehatan paru-paru.

"Penyakit pernapasan kronis dapat membawa akibat yang merugikan karena mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup. Penyakit ini juga memberikan beban yang besar terhadap sistem kesehatan akibat meningkatnya angka rawat inap,” kata Medical Director AstraZeneca Indonesia, dr.Freddy.

Baca juga: Laporan Terbaru: Polusi Udara Sebabkan 2.000 Anak Meninggal Setiap Hari

Polusi udara sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama untuk ibu hamil, bayi dan anak-anak, serta mereka yang sudah menderita penyakit pernapasan kronis.

Dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya fungsi paru, meningkatnya infeksi, memburuknya gejala PPOK, kekambuhan asma, meningkatkan prevalensi anak yang menderita asma, dan juga angka perawatan di rumah sakit lebih tinggi.

Untuk mengurani beban kesehatan akibat penyakit pernapasan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain mengintegrasikan pemeriksaan kesehatan paru ke dalam program skrining kanker paru dan pemeriksaan kesehatan umum.

"Selain itu, menargetkan populasi berisiko tinggi secara proaktif di pelayanan kesehatan primer, termasuk ketersediaan dan pelatihan profesional kesehatan untuk penggunaan alat spirometri,” katanya.

Skrining dan deteksi dini juga akan menjaga kondisi pasien penyakit pernapasan kronis agar tidak terjadi kekambuhan.

Baca juga: Mengenali Gejala Kanker Paru di Stadium Awal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau