Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2014, 09:51 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com – Penyakit tuberculosis (TBC) sesungguhnya tidak menghalangi ibu untuk menyusui bayinya. Ibu bisa menyusui bayinya kendati dalam pengobatan TBC, dan bayi tidak tertular karena pengobatan tak pengaruhi kualitas ASI.

“Dalam panduan menyusui yang dikeluarkan WHO, TBC tidak termasuk dalam penghalang ibu untuk menyusui. Ibu justru disarankan melanjutkan pengobatan hingga sembuh, sehingga tidak menulari bayinya,” kata konselor ASI, Danar Kusumawardhani dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) pada seminar tentang persiapan menyusui bersama New Parent Academy, Minggu (23/3/2014).

Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi bakteri penyebab TBC. Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua minggu akan menyebabkan pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri pada lingkungan sekitar, termasuk anaknya yang masih menyusu.

Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan. Pasalnya, konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit sehingga tidak menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui biasanya mendapat pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin B6), sebanyak 10-25 miligram per hari.

“Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan obat untuk pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu khawatir melanjutkan pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun,” kata Danar.

Meski begitu, risiko adanya infeksi memang tetap ada. Untuk mengatasinya, bayi yang terpapar ibu dengan TBC mendapat terapi profilaksis isoniazid (5mg/kg) dan pyridoxine (5-10 mg sehari) selama tiga bulan. Setelah tiga bulan bayi melakukan tes tuberculin untuk mengetahui ada tidaknya kuman yang menginfeksi.

Bila tes menunjukkan hasil positif maka pemberian isoniazid dilanjutkan hingga enam bulan. Namun jika tes menunjukkan hasil negatif, maka isoniazid bisa dihentikan dan bayi diberi vaksin BCG. Vaksin BCG akan menimbulkan imunitas pada tubuh terhadap kuman penyebab TBC.

“Dengan terapi teratur pada ibu dan bayi, maka kemampuan menginfeksi bakteri TBC bisa ditekan. Hasilnya pemberian ASI tidak terganggu dengan ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar,” kata Danar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau