Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembuh dari Gangguan Cemas Tanpa ke Psikiater, Mungkinkah?

Kompas.com - 22/09/2015, 11:19 WIB
dr Andri, SpKJ, FAPM

Penulis

Judul tulisan di atas pasti bisa dijawab oleh sebagian besar orang yang mempunyai masalah gangguan kecemasan tapi belum berkesempatan untuk datang ke psikiater. Gangguan cemas memang bisa sembuh tanpa harus ke psikiater, tentunya derajat keparahan gangguan cemasnya masih ringan sampai dengan sedang.

Saat saya sedang mengikuti pelatihan pengobatan gangguan kejiwaan yang diselenggarakan oleh Institute of Brain Medicine di Philipina tahun 2012, Prof Brian E.Leonard sebagai salah satu pembicara mengatakan gejala gangguan kecemasan pada pasien muncul jika kondisi adaptasi otak terhadap stres tersebut sudah tidak dapat diandalkan lagi.

Lebih jauh beliau mengatakan bahwa terjadinya ketidakseimbangan sistem di otak orang yang mengalami gangguan kecemasan sudah jauh terjadi sebelum gejala kecemasan itu muncul. Saat mulai terjadi ketidakseimbangan yang berat baru gejala itu muncul, bukan di awal mulanya kejadian itu ada.

Hal itu tentunya menjadi pemikiran kepada kita bahwa kondisi gangguan cemas tentunya bisa dicegah terjadinya jika kita memahami apa yang menjadi sumber stresor pemicu gangguan kecemasan.

Pada prakteknya pasien yang mengalami gejala serangan panik pertama kali bahkan mengatakan bahwa gejala tersebut datang jauh sesudah sesuatu yang dianggap stresor berlalu. Artinya banyak kondisi ketika stresor atau pencetus stres itu ada, kondisi tubuh malah tidak menampakan gejala kecemasan. Itu menunjukan sistem otak yang sedang beradaptasi terhadap pemicu stres.

Kenali pemicu stres

Dalam beberapa kali kesempatan bertemu dengan pasien yang sudah menjalani pengobatan dan sudah hilang hampir 90 persen gejalanya, saya selalu menekankan perlunya mulai mengenali pemicu stres yang mungkin tidak disadari oleh pasien.

Hidup di jaman sekarang rasanya tidak mungkin tanpa stres, tetapi tidak semua orang stres lalu langsung datang ke psikiater bukan? Artinya sebagian dari stres tersebut biasanya diadaptasi oleh pasien sendiri dengan mekanisme adaptasi yang biasanya pasien lakukan.

Ada yang kabur dari masalah ada juga yang menghadapi masalah secara terbuka. Ada yang cepat belajar dan beradaptasi dengan masalah yang dihadapi, ada juga yang perlu waktu lama untuk sekedar mengenali cara belajar menghadapi masalah yang baik.

Jangan lupa kenali pemicu stres yang biasanya kadang sebenarnya mungkin taraf stresnya kecil namun ketika dia sering datang maka kondisi itu bisa mengganggu keseimbangan daya tahan stres kita. Ketika daya tahan stres kita makin berkurang dan kita sudah mulai kehilangan kemampuan belajar menghadapi stres tersebut, maka gejala-gejala stres biasanya mulai datang. Akumulasi gejala ini yang bisa menimbulkan banyak masalah salah satunya gangguan kecemasan yang bisa timbul.

Jaga fisik
Banyak orang berkata “Mensana in Corporesano” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Slogan ini bukan mengada-ada tetapi benar adanya karena di dalam tubuh yang terjaga kesehatannya sudah barang tentu mempunyai implikasi ke kondisi mentalnya. Contoh yang paling sering disepelekan adalah masalah tidur. Banyak orang yang paham pentingnya tidur tetapi sering mengabaikan.

Masalah tidur yang kronis atau berkepanjangan bisa menjadi pintu masuk mengalami gangguan kejiwaan salah satunya gangguan cemas. Tidurlah di waktu yang sesuai dan lama tidur yang sesuai. Tidur sebelum jam 12 malam dengan waktu minimal 6.5 jam dan maksimal 9 jam sudah cukup sebagai tips awal yang baik dalam menjaga kesehatan tidur.

Thinkstockphotos Ilustrasi
Hindari minuman alkohol berlebih. Walau sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim tetapi masalah alkohol tetap menjadi masalah, apalagi di era globalisasi belakangan ini. Pola hidup modern yang didekatkan dengan minuman keras. Banyak orang yang mulai mencoba minum minuman keras seperti Wine (anggur) dan bir.

Alkohol bersifat depresan atau menekan susunan saraf pusat. Pemakaiannya yang rutin dan lama akan mempengaruhi mekanisme sistem di otak dan menyebabkan masalah kejiwaan.

Olahraga pada banyak penelitian dianggap membuat perubahan bukan hanya di kebugaran fisik tetapi juga di kesehatan mental. Olahraga yang dilakukan dengan senang membuat peningkatan hormon endorfin, suatu hormon bahagia yang diproduksi alami oleh tubuh. Kadar yang tinggi di dalam tubuh membuat orang yang memilikinya menjadi bahagia.

Berpikir positif memang tidak mudah

Walaupun banyak orang mengatakan pasien gangguan cemas perlu berpikir positif, sebenarnya tidak mudah untuk melakukannya. Berpikir positif perlu lingkungan yang baik dan juga latihan yang konsisten. Seseorang yang berusaha berpikir positif tanpa didukung lingkungan yang baik juga pastinya akan lebih sulit melakukannya daripada yang lingkungannya sudah baik.

Selain itu berpikir positif memang perlu juga dibarengi dengan perilaku yang positif. Teori tentunya lebih baik juga jika dipraktekan dengan baik dan sering. Kalau tidak dia akan tetap menjadi teori di dalam otak kita.

Semoga tulisan ini bisa membantu kita memahami bahwa mencoba mengobati masalah gangguan kecemasan memang bisa diusahakan tanpa pergi ke psikiater. Jika memang sangat parah dan tidak bisa mengendalikan memang ada baiknya penderita gangguan kecemasan datang ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan.

Salam Sehat Jiwa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau