Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Tidur Bikin Badan Tambun

Kompas.com - 06/12/2010, 11:41 WIB

KOMPAS.com Tidur sama pentingnya dengan pengaturan pola makan dan olahraga untuk mendapatkan bobot tubuh seimbang. Demikian kesimpulan serangkaian studi yang dilakukan para ahli.

Hasil studi yang dilakukan tim dari Universitas Chicago menunjukkan, kurang tidur bisa mengurangi efek dari diet. Ketika orang yang sedang berdiet memiliki tidur yang berkualitas, berat badan yang berkurang dua kali lebih banyak dibanding pelaku diet yang tidurnya kurang.

Reaksi kekurangan tidur ini pada kegemukan juga dilakukan oleh ilmuwan dari Australia mengenai kaitan antara kurang tidur dan pertambahan berat badan.

Sementara itu, para ahli dari Columbia University, New York, yang mengamati kebiasaan tidur 18.000 orang menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari empat jam setiap malam berisiko 73 persen mengalami kegemukan di kemudian hari dibanding orang yang tidur 7-9 jam setiap malam.

Bahkan orang yang rata-rata tidur 6 jam setiap malam punya risiko kegemukan 23 persen. Di lain pihak, orang yang terlalu banyak tidur, sekitar 10 jam setiap malam, memiliki risiko 11 persen menderita kegemukan.

Pertanyaannya, mengapa kurang tidur bikin bobot tubuh melonjak? Para ahli meyakini, kurang tidur bisa mengganggu hormon gherlin dan leptin. Keduanya adalah hormon yang mengatur rasa lapar dan selera makan.

Saat kita kurang tidur, tubuh akan bereaksi seperti saat kita kurang makan; kadar leptin akan turun dan kadar gherlin melonjak. Akibatnya, perut akan terasa lapar dan membangkitkan nafsu mengonsumsi makanan yang kaya lemak dan gula. Tentu saja ini akan membuat berat badan melonjak. Perubahan hormon ini juga mengganggu metabolisme sehingga lebih banyak lemak yang disimpan.

Penelitian lain menunjukkan, kurang tidur akan mengganggu jam biologis tubuh atau ritme sirkadian yang mengatur glukosa dan insulin. Kurang tidur akan meningkatkan hormon kortisol, hormon yang juga mengatur penggunaan energi dalam tubuh. Kadar kortisol yang tinggi terkait dengan insulin resistan dan tingginya indeks massa tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau