Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Rematik Belum Tentu Asam Urat

Kompas.com - 05/11/2010, 09:50 WIB

Kompas.com - Rematik merupakan penyakit kelainan sendi nomor satu di dunia dan jumlah penderitanya terus meningkat setiap tahun. Di sisi lain, pemahaman dan perhatian masyarakat terhadap penyakit ini masih belum memadai. Sebagian besar penderita rematik menganggap keluhan nyeri sendi dan otot yang dialaminya disebabkan karena asam urat. Padahal, hanya 5-10 persen saja penyakit rematik yang dipicu oleh asam urat.

"Begitu menderita nyeri sendi, biasanya masyarakat langsung mengecek kadar asam uratnya. Padahal, asam urat hanyalah salah satu dari 100 jenis penyakit rematik. Pengertian ini perlu diluruskan," kata dr.Bambang Setyohadi, dari Divisi Reumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam acara media edukasi mengenai penyakit rematik yang diadakan oleh Pfizer di Jakarta, (4/11).

Gout atau asam urat adalah jenis rematik yang disebabkan oleh adanya endapan kristal monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi akibat tingginya kadar asam urat dalam darah. Untuk memastikan bahwa nyeri yang dialami sebagai serangan asam urat, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Ciri-ciri orang yang terkena rematik adalah adanya gangguan sendi yang bersifat menetap, nyeri ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, duduk, berdiri, dan masih banyak lagi. Peradangan pada sendi juga ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, kaku, bahkan kelainan bentuk tubuh.

Sementara itu rematik akibat asam urat muncul sebagai serangan keradangan sendi yang timbul berulang-ulang. Gejala khas dari serangan artritis gout adalah pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam.

"Penyakit asam urat adalah penyakitnya pria. Pada wanita, hormon estrogen akan merangsang pengeluaran asam urat lewat urin sehingga kadar asam uratnya jarang tinggi. Namun begitu memasuki usia menopause, bisa saja asam uratnya naik," kata dr.Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau