BATAM, KOMPAS.com - Ada sesuatu berbeda di pelabuhan laut Nongsapura, Batam, Kepulauan Riau pada Jumat siang (9/12/2011) kemarin. Suasana dan aktivitas di pelabuhan yang merupakan salah satu pintu masuk ribuan turis asing menuju Batam itu terlihat lebih sibuk dari biasanya.
Di salah satu sudut pelabuhan tampak beberapa orang berseragam hijau turun dari mobil. Mereka membawa sebuah gulungan kain besar beserta beberapa perlengkapan yang kemudian ditempatkan di pelataran tak jauh dari kantor pelabuhan. Dengan cekatan gulungan kain itu diurai menjadi sebuah tenda darurat yang di dalamnya dilengkapi peralatan medis.
Sementara itu di sisi lain, tampak tiga petugas berpakaian serba putih dilengkapi alat pelindung diri seperti masker, kaca mata dan sarung tangan berlari menuju ke dermaga. Dengan membawa sejumlah perangkat seperti alat-alat P3K, spraycane dan pampers, mereka bergegas naik ke atas perahu boat untuk menghampiri sebuah kapal penumpang MV Sea Prince yang berada di tengah laut.
Sesampainya di atas kapal feri tersebut, petugas itu lalu melakukan pemeriksaan terhadap beberapa penumpang kapal yang mengalami sakit. Tiga penumpang kapal dilaporkan mengalami keluhan berupa muntah-muntah dan diare mirip gejala kolera. Petugas juga mengamankan puluhan penumpang lain dengan melakukan sterilisasi dan penyemprotan disinfektan di atas kapal feri.
Tim berseragam lengkap ini melakukan respon cepat mengecek pasien suspek kolera di atas kapal yang memuat puluhan penumpang dari Singapura. Kapal ini tak diperkenanan masuk ke dermaga Nongsapura dan tertahan di zona karantina karena dinilai berisiko menyebarkan penyakit menular.
Setelah pemeriksaan selesai, tiga penumpang warga negara asing ini dinyatakan suspek kolera. Setelah berkoordinasi dengan tim dari kantor pelabuhan, kapal MV Sea Prince pun diizinkan merapat ke dermaga untuk proses evakuasi. Pasien yang positif kolera kemudian dikarantina di tenda isolasi yang telah didirikan sebelumnya. Untuk penanganan lebih lanjut, pasien kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Otorita Batam.
Rangkaian peristiwa tersebut merupakan bagian dari skenario dalam simulasi penanggulangan dan respon terhadap penyakit menular yang berpotensi meresahkan masyarakat atau juga disebut dengan istilah Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
Simulasi pada Jumat siang itu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Batam sebagai upaya meningkatkan kesiapan dan mengantisipasi penyebaran penyakit menular lintas negara.
Seperti diketahui, pelabuhan laut Nongsapura merupakan salah satu dari 5 pelabuhan internasional di Batam dengan arus lalu lintas kapal dan penumpang yang cukup ramai. Sebagian besar penumpang yang masuk ke Nongsa adalah wisatawan dari Singapura yang berlibur di beberapa resort yang tersebar di daerah ini.
Kepala KKP Kelas I Batam Femmy Bawole Kawangun di sela-sela simulasi menerangkan, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kesiapan para petugas KKP dalam menerapkan sistem penaggulangan dan respon terhadap PHEIC. Diakuinya, sebagai salah satu pintu masuk negara, pelabuhan di Batam memang harus selalu siaga mengantisipasi masuknya penyakit-penyakit menular yang berpotensi menimbukan wabah. Tidak hanya penyakit yang sudah dikenal saja seperti SARS, influenza H1N1 atau influenza H5N1. Tetapi juga penyakit-penyakit berbahaya lain yang bisa muncul kembali (re-emerging disease) atau penyakit baru (new emerging disease) yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.