Diterangkan Femmy, KKP Batam pernah memiliki pengalaman saat menanggulangi merebaknya kasus SARS pada 2001 silam dan influenza A (H1N1) pada tahun 2008. "Waktu H1N1 belum begitu diketahui benar, semua orang panik, termasuk kami sendiri. Teman-teman di sini panik karena kami berada di pintu masuk negara tentunya berisiko lebih dulu terpapar akan lebih besar daripada yang lain. Beruntung karena H1N1 angka kematiannya tidak begitu besar dibandingkan SARS," ujar Femmy.
Pelaksanaan penangggulangan dan respon PHEIC di lapangan diakui Femmy tidaklah mudah. Salah satu kekhawatiran yang kerap muncul adalah apabila penanganan kejadian PHEIC tidak mendapatkan dukungan sumber daya yang memadai.
Kekhawatiran Femmy mungkin cukup berdasar mengingat Batam adalah pintu masuk negara dengan lalu lintas yang cukup padat. Setiap harinya, ada sekitar seratusan kapal feri yang keluar masuk Batam, dengan rata-rata membawa total jumlah penumpang antara 8 ribu hingga 10 ribu, dan sebagian besar berasal dari Singapura.
"Bagaimana bila dalam kepanikan kami tak ditunjang dengan SDM yang cukup, sedangkan masalah ini juga melibatkan dua negara lain yakni Malaysia dan Singapura," ungkapnya.
Direktur Surveilans Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Kementerian Kesehatan Andi Muhadir menyatakan bahwa berdasarkan International Health Regulation (IHR) 2005, pintu masuk negara seperti bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara harus memiliki kemampuan dalam menghadapi ancaman penyakit menular yang berpotensi wabah dalam kedaan rutin.
Penerapan IHR 2005 di Pelabuhan Laut di Indonesia, kata Andi, merupakan tanggung jawab bersama seluruh lintas sektor terkait termasuk swasta dan masyarakat di lingkungan pelabuhan di bawah koordinasi dan tanggung jawab koordinator yang telah ditetapkan.
Menurut data Kementerian Kesehatan, sampai saat ini, belum banyak pelabuhan dan bandara yang melakukan simulasi dalam rangka penanggulangan PHEIC. Untuk itulah, Kemenkes melalui Direktoran Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) memfasilitasi kegiatan simulasi ini di 8 KKP di Indonesia.
Sebelum digelarnya simulasi, Ditjen PP & PL juga menggelar pendidikan dan latihan (diklat) bagi beberapa petugas KKP dari seluruh Indonesia. Para petugas KKP ini mendapatkan pembekalan tentang kekarantinaan agar dapat bekerja sehari menjalin hubungan baik dengan lintas sektor dan pihak lain di lingkungan kerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.