Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baterai Koin Bisa Mengancam Anak-anak

Kompas.com - 15/05/2012, 16:47 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com  - Bila balita Anda memiliki mainan yang menggunakan baterai kancing atau baterai koin sebaiknya waspada. Mainan dengan baterai kancing menimbulkan risiko bagi kesehatan karena benda tersebut dapat menyebabkan luka bakar elektrik atau pun bahaya kimia jika tertelan.

Penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan adanya peningkatan jumlah pasien anak-anak di unit gawat darurat (UGD) hingga dua kali lipat selama dua dekade terakhir karena menelan baterai kancing. Hal itu dikarenakan baterai berbentuk koin mudah ditemui pada mainan anak, remote kontrol dan alat bantu dengar.

Menurut sebuah kajian Pediatrics, jurnal Ilmu Kedokteran Anak Akademi Amerika, baterai tersebut merupakan godaan menarik bagi balita karena teksturnya yang mengkilap. Para ahli mengatakan, baterai kancing memiliki risiko ekstra karena dapat mengalirkan arus listrik lewat jaringan kerongkongan, hingga akhirnya dapat membakar dan membentuk sebuah lubang di trakea atau tabung kerongkongan, tanpa menunjukkan gejala cedera langsung pada anak.

"Jika seorang anak menelan baterai kancing, sementara orang tuanya mungkin tidak menyaksikan langsung kejadiannya dan anak itu awalnya tidak mengalami gejala kesakitan, maka waktu akan berjalan begitu cepat," kata Gary Smith, Kepala Pusat Penelitian dan Kebijakan Cedera Rumah Sakit Anak Nationwide di Columbus, Ohio.

"Kami pernah menemukan kasus sejumlah anak yang dalam waktu kurang dari dua jam sudah dalam kondisi parah, mengalami luka parah karena baterai kancing menyangkut di kerongkongan," kata pria yang juga salah satu peneliti riset tersebut.

Smith dan rekan peneliti lain menemukan, selama periode 1990 hingga 2009, lebih dari 65.000 anak berusia kurang dari 18 tahun dilarikan ke UGD gara-gara baterai kancing. Mereka mendapatkan kasus tersebut dengan mengambil contoh nasional dari sekira 100 rumah sakit dengan UGD 24 jam. Angka cedera pada anak tersebut meningkat hampir dua kali lipat selama periode penelitian tersebut, dari sekira empat hingga antara tujuh dan delapan dari 100.000 anak.

Hal tersebut mungkin terjadi karena semakin banyaknya peralatan elektronik rumah tangga, alat bantu dengar dan mainan, yang menggunakan baterai kancing daripada baterai tabung. Lebih dari 80 persen anak-anak yang dirawat di UGD disebabkan oleh baterai kancing. "Baterai jenis itu mengkilap dan mungil. Apalagi anak-anak senang sekali memasukkan benda-benda di sekitar mereka ke dalam mulut," kata Nicholas Slamon, dokter spesialis anak yang pernah menangani anak dengan luka akibat baterai kancing di Rumah Sakit Anak Nemours/Alfred I. DuPont, Wilmington.

Baterai kancing dapat melukai anak dengan berbagai cara, tambah Nicholas. Baterai itu bisa tersangkut atau terjepit di kerongkongan hingga mendorong ke dinding kerongkongan. Jika lapisan pelindung baterai tersebut sudah terkikis, kandungan asam di dalamnya bisa bocor. Namun kekhawatiran yang paling sering dihadapi adalah bahwa baterai itu dapat menciptakan arus listrik melalui jaringan tipis di dalam kerongkongan, bahkan jika di dalamnya sudah tidak terdapat cairan energi untuk mengendalikan remote kontrol lagi.

Slamon dan rekannya melihat sejumlah anak berusia satu tahun yang memerlukan operasi bedah darurat untuk mengeluarkan baterai dari dalam kerongkongan, hidung atau telinga. Namun hanya sedikit kasus gawat darurat, sekira delapan persen, yang memerlukan operasi bedah tersebut. Para ahli sepakat bahwa orang tua harus memastikan semua bagian pada tempat baterai telah disekrup atau ditutup. Terlebih lagi, baterai yang sudah tidak digunakan harus dibuang ke bagian paling bawah tempat sampah, sehingga tidak mudah ditemukan oleh anak-anak, tambah Slamon.

"Cara yang benar untuk mencegah kasus darurat seperti itu adalah mencegah kejadian tersebut sejak awal. Jika orang tua mencurigai sesuatu, mereka harus segera ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan sinar X (radiologi) sesegera mungkin," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com