Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2012, 12:59 WIB

KOMPAS.com - Saat ini banyak masyarakat bingung dan cemas ketika belakangan dihebohkan informasi bahwa susu sapi berbahaya, layak tidak dikonsumsi dalam jangka panjang karena mengakibatkan osteoporosis dan penyakit berbahaya lainnya. Ternyata informasi yang salah dan menyesatkan itu diolah secara tidak benar oleh sebagian penulis atau jurnalis berdasarkan referensi dari sebuah buku yang diklaim best seller  berjudul The Miracle of Enzyme karangan Dr. Hiromi Shinya.

Meskipun tidak semua dari buku tersebut mengandung kontroversi, tetapi justru hal kontroversial yang dibesar-besarkan dan dipahami secara tidak benar. Di media masa atau media online kontroversi ini diperumit ketika seorang Guru Besar Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Waloejo Soerjodibroto, juga mengatakan meski belum membaca buku itu sempat menyatakan bahwa pendapat tersebut masuk akal.

Waloejo selanjutnya juga menyatakan setuju dengan sebagian pendapat Shinya bahwa susu sapi memang paling cocok untuk anak sapi, bukan untuk anak manusia, apalagi manusia dewasa. Pendapat Hiromi Shinya tersebut sangat kontroversial dan menyesatkan, karena tidak berdasarkan fakta ilmiah dan penelitian, tetapi hanya berdasarkan opini atas pengalaman pribadi.

Namun hingga saat ini dalam pubmed online atau jurnal ilmiah kedokteran yang diakui dan berkualitas di dunia internasional ternyata tidak ada satupun penelitian atas nama Hiromi Shinya. Kontroversi informasi kesehatan seringkali ditimbulkan oleh opini dokter atau dokter ahli bila tidak berdasarkan penelitian ilmiah. Bahkan opini seorang profesorpun seharusnya tidak bisa diikuti dan dijadikan pedoman bila tidak berdasarkan data penelitian ilmiah berupa Kejadian Ilmiah Berbasis Bukti atau evidance base medicine.

Mitos Susu Sapi Berbahaya dan Tak Layak Dikonsumsi

1.  Tak ada makanan lain yang lebih sulit dicerna daripada susu sapi.  Padahal, sama seperti makanan lain, dalam keadaan individu sehat susu sapi mudah dicerna. Pada penderita alergi atau hipersensitif saluran cerna, kandungan gluten, kasein, whey, atau 40 protein lainnya yang ada pada susu sapi murni atau susu formula memang bisa mengganggu dan berdampak pada fungsi saluran cerna. Bila fungsi saluran cerna terganggu, maka penyerapannya terganggu.

2.   Kasein yg membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga menjadi sangat sulit di cerna. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6.  Kasein memang bagian paling ental dari susu sapi, tetapi bukan berarti tidak dapat atau sulit dicerna. Sekali lagi penyerapannya terganggu pada penderita hipersensitif dan alergi saluran cerna

3.  Komponen susu yang di jual di toko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang menunjukkan hal seperti itu. Tetapi memang benar pada penderita alergi susu sapi dapat terjadi pengeluaran berbagai zat mediator di dalam tubuh manusia yang dapat menggganggu tubuh, salah satunya yang berdampak mengahsilkan radikal bebas. Tetapi pada orang sehat hal itu tidak akan terjadi.

4.  Susu yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim-enzim berharga, lemaknya teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yg tinggi. Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Tak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Pasteurisasi bertujuan mencapai "pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa.

Pada proses pengolahan susu, penambahan zat gizi tertentu memiliki banyak tujuan, misalnya menggantikan zat gizi yang hilang selama proses pengolahan. Teknik penambahan zat-zat gizi ke dalam makanan disebut fortifikasi. Fortifikasi dalam susu kebanyakan dilakukan ke dalam susu bubuk, dikarenakan selama pengolahan susu menjadi susu bubuk banyak nutrisi yang hilang oleh panas. Salah satu zat gizi yang sering ditambahkan dalam susu bubuk adalah AA dan DHA. Namun demikian, belum ada hasil penelitian yang pasti apakah AA dan DHA yang ditambahkan ke dalam susu bubuk dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh sama baiknya dengan yang alami. Jika dilihat dari teknik pengolahannya, susu cair UHT memiliki keunggulan yaitu zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya relatif tidak berubah selama proses. Teknik pengolahan UHT (Ultra High Temperature) adalah teknik pengolahan susu paling mutakhir, di mana susu sapi segar dipanaskan dengan suhu 140 C selama 4 detik saja. Hasilnya, susu UHT bebas dari segala mikroba namun sejumlah kandungan nutrisi alaminya tetap terjaga. Sejumlah vitamin, mineral, protein, asam lemak, asam amino yang terkandung di dalamnya tetap aman dan dapat dengan mudah diserap tubuh.

5. Susu yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus. Gangguan pada lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus bisa saja terjadi pada orang yang tidak sehat khusus individu yang mengalami daya tahan tubuh menurun seperti penderita AIDS, malnutrisi (kurang gizi), penderita tuberkulosis, gangguan metabolisme dan gangguan kronis lainnya. Hal ini juga bisa terjadi pada penderita autisme, alergi makanan atau penderita intoleransi makanan lainnya. Pada penderita seperti itu memang pemberian susu sapi harus di bawah rekomendasi dokter ahli, karena akan memperberat gangguan pada saluran cerna. Bukan hanya susu berbagai jenis makanan tertentu khususnya yang mengakibatkan reaksi simpang makanan atau alergi makanan dapat menanggu juga. tetapi sebaliknya pada manusia sehat hal tersebut tidak berdampak apapun.

6. Jika wanita hamil minum susu sapi, anak-anak mereka cenderung lebih mudah terjangkit dermatitis atopik (penyakit radang kulit yang parah). Sampai saat ini belum ada cukup bukti ilmiah bahwa dengan pembatasan diet ibu selama kehamilan memainkan peran penting dalam mencegah penyakit atopik pada bayi seperti asma, rinitis alergi (hay fever), alergi makanan atau dermatitis (eksim). Namun Epsghan dan Committes on Nutrition AAP tetap menganjurkan hanya eliminasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi sejak dalam kehamilan bukan menghindari susu sapi.

7.   Minum susu terlalu banyak menyebabkan osteoporosis. Dr. Hiromi dalam bukunya memperlihatkan hasil penelitiannya bahwa suplemen kalsium dan produk susu bisa menyebabkan osteoporosis. Dari pubmed atau berbagai literatur penelitian yang resmi dan diakui di dunia, tidak ada satupun penelitian yang menunjukkan hal demikian. Justru sebaliknya, peneltian yang dilakukan Goulding A dkk menunjukkan anak-anak yang menghindari susu dan tidak menggunakan pengganti makanan kaya kalsium yang tepat dan memiliki asupan kalsium yang rendah makanan dan nilai-nilai bone mineral density (kepadatan mineral tulang) yang rendah.

Anak seperti ini beresiko terjadi fraktur atau patah tulang sebelum usia pra pubertas. Justru saat rekomendasi yang benar dalam konsumsi kalsium minimal yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 800mg per hari. Dalam keadaan hamil, kebutuhan Kalsium meningkat menjadi 1000mg per hari. Kadar kalsium per 100ml susu segar adalah 250mg. Jika dalam sehari seseorang mengonsumsi 2-3 gelas susu cair (500ml-750ml), maka perolehan Kalsiumnya adalah 1250mg-1875mg. Tetapi memang terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hidvégi E pada penderita alergi susu sapi dapat menurunkan penurunan mineralisasi tulang yang diukur dengan osteodensitometry. Hal ini terjadi karena pada penderita alergi susu sapi selain asupan susu sapi kurang ternyata dapat mengakibatkan kerusakan epitel saluran cerna yang dapat mengganggu penyerapan makanan. Selain itu bila hal ini terjadi dapat terjadi gangguan mual dan muntah yang akan mengakibatkan anak sulit makan. Saat anak sulit makan berkepanjangan terjadi asupan nutrisi tidak optimal sehingga berdampak kekurangan asupan vitamin, mineral atau mikronutrien lainnya termasuk kalsium.

8.  Orang yang minum susu sapi saluran cernanya rusak. Hasil pengamatan Hiromi menunjukkan bahwa bentuk usus orang yang memiliki pola makan dan minum buruk akan terlihat benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini. Ini artinya tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang pola makan dan minumnya baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau