KOMPAS.com — Meski selama di kandungan menyediakan nutrisi yang diperlukan janin, tali pusat dan plasenta jarang diperhatikan setelah bayi lahir ke dunia.
Kini, alih-alih dibuang atau dikubur, darah yang berasal dari tali pusat bisa disimpan dan kelak dipakai jika bayi menderita penyakit.
Dalam darah tali pusat terkandung sel punca hematopoetic (HSCs) atau sel punca pembentuk darah. Selain di tali pusat, HSCs sebenarnya juga ditemukan pada sumsum tulang belakang dan darah tepi.
Sel punca dari darah tali pusat, menurut Andrew Krishna Ekaputra, PhD, direktur laboratorium Cordlife, memiliki beberapa keunggulan dibanding dari sumsum tulang atau darah tepi.
"Sel punca dari tali pusat lebih muda dan murni. Selain itu, karena sudah disimpan sejak awal, lebih mudah didapatkan jika diperlukan karena tak perlu donor," kata Andrew dalam acara media edukasi mengenai teknologi penyimpanan sel punca di Jakarta, Selasa (14/5/2013).
Ia menjelaskan, karena memiliki kemampuan dalam mengganti dan meregenerasi kerusakan genetika, sel punca bisa mengobati beberapa penyakit yang berkaitan dengan kelainan darah.
"Saat ini sel punca sudah banyak dipakai dalam mengobati penyakit kanker darah, seperti leukemia, neuroblastoma, atau limfoma," katanya.
Penelitian yang sudah masuk dalam tahap uji klinis juga mengarah pada pemanfaatan sel punca dalam penyakit cerebral palsy, cedera tulang belakang, sampai diabetes tipe satu.
Menurut dr Rama Tjandara, Sp OG, dari RS Pantai Indah Kapuk Jakarta, dalam pengobatan leukemia pada anak-anak, sel punca yang berasal dari darah tali pusat sudah dilakukan dalam 30 tahun terakhir.
"Di masa depan, sel punca untuk mengobati penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke mungkin bisa dilakukan. Saat ini masih tahap uji klinik," katanya dalam kesempatan yang sama.
Terapi sel punca untuk pengobatan jantung, misalnya, di Indonesia saat ini sudah dilakukan pada 150 kasus. "Tetapi masih menggunakan sel punca dari sumsum tulang," kata Rama.
Untuk kasus penggunaan sel punca dari darah tali pusat, menurut Rama, sejauh ini ia baru memiliki satu pasien di Indonesia yang menggunakan "tabungan" darah tali pusatnya untuk mengatasi gangguan perkembangan motorik.
"Saat lahir, pasien tersebut berat badannya di bawah normal. Ia memiliki beberapa keterlambatan motorik. Lalu di usia 2 tahun dilakukan terapi dengan sel punca dari darah tali pusatnya sendiri. Lumayan kemajuannya, kini ia sudah mulai lancar berbicara dan perkembangan kemampuan lainnya," katanya.
Pengambilan
Prosedur pengambilan darah tali pusat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Menurut Rama, setelah beberapa menit, tali pusat akan dijepit dan jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darah di tali pusat untuk mengambil darah dan dimasukkan ke dalam kantong khusus.
"Prosedur ini sama sekali tidak menyakitkan atau berisiko untuk ibu dan bayi," katanya.
Setelah proses pengambilan selesai, dalam waktu 48 jam, darah akan diproses dan disimpan dalam bank darah. Darah tersebut baru akan dipakai jika pasien di kemudian hari menderita penyakit darah atau di usia dewasa menderita penyakit degeneratif.
Namun, tentu saja ada biaya yang harus dikeluarkan orangtua untuk menyimpan darah tersebut. "Ini bisa dianggap sebagai investasi dan asuransi kesehatan yang diwariskan orangtua kepada anaknya," kata Andrew.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.