Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2015, 19:25 WIB

KOMPAS.com - Keguguran adalah mimpi buruk bagi setiap ibu hamil, apalagi jika janin yang dikandung sudah dinanti sejak lama. Berbagai penyebab pun ingin ditemukan. Bahkan, tak sedikit ibu hamil yang kemudian menyalahkan diri sendiri, merasa tak mencari cukup informasi tentang kehamilan, merasa tak bisa menjaga kondisi kehamilannya hingga menyalahkan makanan yang dikonsumsinya.

Berikut ini tiga mitos paling umum tentang keguguran menurut Heather Rupe, DO, dokter spesialis kandungan di Franklin dan Williamson Medical Center, serta penulis buku The Pregnancy Companion: A Faith-Filled Guide for Your Journey to Motherhood.

Mitos #1: Ini kesalahan ibu

Lebih dari 70 persen keguguran disebabkan oleh adanya kromosom yang abnormal. Ini berarti, sperma dan telur  tidak bersatu dengan tepat saat proses pembuahan dan menyebabkan kehamilan tidak berhasil sejak awal.

Keguguran tidak disebabkan karena Anda melakukan beberapa pekerjaan rumah, bercinta, makan makanan tak sehat, lupa minum vitamin, olahraga, atau stres. Keguuran tak terjadi semudah itu. Keguguran tidak bisa dicegah dengan memanggil dokter segera ataupun minum obat.

"Sering kali, wanita mencari-cari penyebab kehilangannya dan dalam pencariannya, biasanya mereka akan memiliki analisa yang berlebihan pada sesuatu yang telah mereka lakukan, yang mana umumnya ini akan berujung pada rasa bersalah yang tidak beralasan," jelas Rupe.

Mitos#2: Ini akan terjadi lagi nanti

Secara keseluruhan, tingkat terjadinya keguguran untuk wanita sehat di bawah usia 35 tahun sekitar 15 persen. Mengalami keguguran sebelum usia kandungan 12 minggu, tidak akan meningkatkan risiko keguguran pada kehamilan berikutnya.

Mengalami keguguran dua kali berturut-turut  atau total tiga kali keguguran, kemungkinan ada alasan medis yang melatarbelakanginya. Karena itu, berbagai tes akan disarankan oleh dokter untuk dilakukan. Namun, meski pernah mengalami beberapa kali keguguran, tak akan memengaruhi kondisi bayi pada kehamilan berikutnya. Bayi akan lahir dalam kondisi sehat, meski ibunya pernah mengalami keguguran di kehamilan sebelumnya.

Mitos #3: Pendarahan berarti keguguran

Ketika ibu hamil menemukan warna merah muda di pakaian dalam atau tisu toilet, tentu ia akan langsung emmikirkan kemungkinan terburuk. “Saya mendapatkan setidaknya sekali telepon dalam semalam, dari pasien yang menemukan bercak darah di awal kehamilannya dan terdengar sangat cemas di telepon,” ujar Rupe.

Bercak darah memang bukanlah tanda yang baik, tapi juga bukan berarti keguguran. Pendarahan, khususnya dalam jumlah kecil dan tidak berkaitan dengan rasa sakit, biasanya kemungkinan berasal dari serviks atau jaringan vagina, bukan dari rahim.

Sebanyak 12 persen ibu hamil yang mengalami pendarahan pada semester awal kehamilan akan melahirkan bayi yang sehat. Jika Anda mengalami pendarahan, segera tindaklanjuti dengan berkonsultasi pada dokter, tapi hindari untuk langsung berpikiran buruk dan kehilangan harapan.

 

Sekitar 15 persen kehamilan berakhir dengan kehilangan, keguguran tentu menjadi momen yang sangat menyedihkan. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan “kehamilan kimia”, di mana ibu hamil akan kehilangan bayinya dalam minggu pertama setelah tak mendapatkan menstruasi.

“Saya selalu menyarankan setiap pasien untuk menunggu beberapa hari, bahkan minggu setelah mereka tak mendapatkan menstruasi untuk melakukan tes kehamilan di rumah. Dengan tes kehamilan yang sangat sensitif, kita juga mendiagnosa bahwa kehilangan kehamilan menyebabkan sakit hati yang menyedihkan,” ungkap Rupe.

Saya tidak menunjukkan cara memperkecil kemungkinan keguguran, tapi untuk menjelaskan bahwa Anda tak sendirian menghadapi kehilangan. Mengalami keguguran, tidak berati Anda akan mengalami hal yang sama di kemudian hari. Jika Anda keguguran, konsultasi pada dokter untuk mendapatkan kehamilan yang sehat di waktu mendatang ketika Anda siap hamil lagi. Dan jangan pernah kehilangan harapan beradasarkan mitos ataupun informasi yang tidak benar, kata Rupe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau