Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Makanan Cepat Saji Sebabkan Gejala DBD Sulit Terdeteksi

Kompas.com - 29/04/2016, 20:03 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Gejala demam berdarah saat ini semakin sulit dikenali dari gejala fisik. Salah satu faktor penyebabnya, dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

“Biasanya, seseorang yang terjangkit demam berdarah kita lihat dari bintik-bintik merah di kulitnya. Sekarang sudah jarang ditemukan ciri-ciri seperti itu. Ini salah satunya disebabkan kebiasan masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Pangkalpinang, Bangka Belitung, Syahrizal, kepada Kompas.com, Jumat (29/4/2016).

Kebiasaan menikmati makanan cepat saji, kata Syahrizal, tidak hanya didominasi kalangan dewasa, tapi juga anak-anak yang biasa berbelanja makanan kemasan.

Itu pula yang menyebabkan gejala deman berdarah dengue (DBD) juga sulit dideteksi pada anak melalui perubahan warna kulit.

“Jika ada gejala demam dan kekurangan cairan, sebaiknya langsung ke rumah sakit. Nanti dilakukan cek darah,” ujar Syahrizal.

Pemeriksaan sejak dini diperlukan agar penderita DBD tidak semakin parah menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS).  

Menurut Syahrizal, anak-anak termasuk rentan terserang DBD. Lantaran jadwal keluar nyamuk nyaris bersamaan dengan waktu masuk dan pulang sekolah, yakni pada jam 8-10 pagi dan jam 4-5 sore.

Khusus di Kota Pangkalpinang, kata Syahrizal, meskipun belum dinyatakan Kasus Luar Biasa (KLB) DBD, beberapa langkah terus dilakukan sebagai pencegahan. Seperti sosialisasi pada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Selama 2015 lalu di Kota Pangkalpinang, tercatat sebanyak 77 kasus DBD. Sementara hingga Maret 2016 ini, suspect DBD mencapai 48 kasus yang 12 di antaranya dinyatakan positif DBD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com