Kompas.com - Kanker kolorektal menjadi salah satu kanker yang banyak menyerang kaum pria di Indonesia.
Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum).
Merujuk Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2014, prevalensi kanker/tumor di Indonesia sebesar 1,4/1.000 penduduk.
Dari data tersebut, jenis kanker yang paling banyak diidap oleh laki-laki di Indonesia adalah kanker paru dan kolorektal.
Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kanker kolorektal diproyeksikan jumlah pengidapnya terus meningkat.
Perkiraan itu didasarkan pada perubahan gaya hidup masyarakat urban.
Kanker yang menyerang bagian usus besar dan rektum ini awalnya bisa muncul karena pertumbuhan sel tidak ganas (adenoma).
Sel tersebut semula berbentuk polip yang dapat diangkat. Namun, saat dibiarkan tidak tertangani, sel berpotensi berubah menjadi kanker.
Baca juga: Kanker Kolorektal, Mengapa Penting Deteksi Dini?
Saat polip berubah menjadi kanker, lazimnya disertai beberapa gejala berikut:
Kanker kolorektal dapat dideteksi sejak dini dengan kolonoskopi.
Prosedur pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter penyakit dalam konsultan saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskop, yakni alat berupa selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm yang dilengkapi dengan kamera.
Dokter biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 60 menit untuk menyelesaikan pemeriksaan ini dengan didahului pemberian obat bius pada pasien.
Saat melakukan pemeriksaan, dokter dapat mengambil sampel jaringan dari usus besar untuk diperiksa di bawah mikroskop (biopsi).
Laki-laki disarankan untuk kolonoskopi setidaknya 10 tahun sekali.
Selain itu, setahun sekali Anda disarankan untuk pemeriksaan colok dubur dan kadar CEA (pertanda tumor) dalam darah dan tes feses.