Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Kolorektal Ancam Pria Indonesia, Berikut Cara Mencegahnya

Kompas.com - 29/12/2019, 11:00 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Kompas.com - Kanker kolorektal menjadi salah satu kanker yang banyak menyerang kaum pria di Indonesia.

Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum).

Merujuk Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2014, prevalensi kanker/tumor di Indonesia sebesar 1,4/1.000 penduduk.

Dari data tersebut, jenis kanker yang paling banyak diidap oleh laki-laki di Indonesia adalah kanker paru dan kolorektal.

Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kanker kolorektal diproyeksikan jumlah pengidapnya terus meningkat.

Perkiraan itu didasarkan pada perubahan gaya hidup masyarakat urban.

Gejala idap kanker kolorektal

Kanker yang menyerang bagian usus besar dan rektum ini awalnya bisa muncul karena pertumbuhan sel tidak ganas (adenoma).

Sel tersebut semula berbentuk polip yang dapat diangkat. Namun, saat dibiarkan tidak tertangani, sel berpotensi berubah menjadi kanker.

Baca juga: Kanker Kolorektal, Mengapa Penting Deteksi Dini?

Saat polip berubah menjadi kanker, lazimnya disertai beberapa gejala berikut:

  • Berdarah saat buang air besar
  • Diare dan sembelit tanpa sebab bahkan berlangsung lebih dari enam minggu
  • Merasakan buang air besar yang tidak tuntas
  • Penurunan berat badan dengan cepat tanpa sebab
  • Rasa sakit atau kram di perut
  • Badan terasa lemah serta lemas

Cara mendeteksi

Kanker kolorektal dapat dideteksi sejak dini dengan kolonoskopi.

Prosedur pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter penyakit dalam konsultan saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskop, yakni alat berupa selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm yang dilengkapi dengan kamera.

Dokter biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 60 menit untuk menyelesaikan pemeriksaan ini dengan didahului pemberian obat bius pada pasien.

Saat melakukan pemeriksaan, dokter dapat mengambil sampel jaringan dari usus besar untuk diperiksa di bawah mikroskop (biopsi).

Laki-laki disarankan untuk kolonoskopi setidaknya 10 tahun sekali.

Selain itu, setahun sekali Anda disarankan untuk pemeriksaan colok dubur dan kadar CEA (pertanda tumor) dalam darah dan tes feses.

Tujuan tindakan itu sama, yakni untuk mendeteksi polip sejak dini sehingga bisa ditangani sebelum menjadi kanker.

Faktor risiko

Beberapa risiko kanker kolorektal tak terhindarkan seperti seseorang yang telah berusia lebih dari 50 tahun, memiliki riwayat polip, penyakit usus besar, dan faktor keturunan.

Namun, ada juga faktor risiko yang bisa dikendalikan dengan cara menjaga gaya hidup sehat, pola makan dan bebas obesitas.

Untuk menghindari penyakit ini, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi daging merah, makanan tinggi lemak, dan daging olahan berlebihan.

Sebaliknya, Anda disarankan mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung probiotik karena makanan tinggi serat tersebut dapat mengingat sisa makanan.

Dengan demikian, massa feses jadi lebih berat sehingga lebih gampang dibuang.

Selain itu, serangan kanker juga bisa dicegah dengan keputusan untuk tidak mengonsumsi alkohol dan merokok. 

Baca juga: Hindari Daging, Perbanyaklah Ikan untuk Cegah Kanker Kolorektal

Flavonoid dapat cegah kanker kolorektal

Melansir Medical News Today (27/12/2019), sebuah penelitian baru saja mengungkap flavonoid dapat mencegah kanker kolorektal.

Flavonoid adalah kelompok senyawa bioaktif yang hampir serupa dengan antioksidan.

Senyawa ini memiliki beragam manfaat untuk tubuh, seperti dapat memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas.

Flavonoid biasa ditemui di bahan makanan yang berasal dari tumbuhan.

Beberapa buah dan sayur yang diketahui mengandung senyawa ini, antara lain blackberry, blueberry, stroberi, anggur merah, apel, brokoli, delima, aprikot, kol merah, sampai teh.

Peneliti dari South Dakota State University, awalnya menyelidiki aspirin sebagai cara untuk mencegah kanker kolorektal.

Tim semula meneliti peran metabolit dalam aspirin (asam salisilat) untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

Selama proses, tim menemukan asam 2,4,6-trihydroxybenzoic (2,4,6-THBA). Senyawa itu diproduksi saat bakteri usus memecah flavonoid.

Ternyata, senyawa tersebut ampuh menghambat enzim yang terlibat dalam pembelahan sel.

"Kanker tidak akan hilang. Penting bagi kita menemukan cara pencegahannya," jelas Profesor Jayarama Gunaje, perwakilan peneliti.

Menurut Gunaje, penelitiannya di laboratorium membutuhkan riset lanjutan uji klinis dengan model hewan.

Namun, dia menyebut penelitian yang telah dipublikasikan di Journal Cancers tersebut dapat menjadi angin segar. Terutama, untuk pencegahan kanker kolorektal di masa mendatang.

Gunaje pun mewanti-wanti kita agar lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur kaya flavonoid sebagai cara alami mencegah kanker kolorektal. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau