KOMPAS.com - Laporan terbaru UNICEF menunjukkan secara global ada 67 juta anak yang tidak diimunisasi selama tiga tahun terakhir. Ini merupakan kemunduran terbesar dalam imunisasi rutin anak dalam 30 tahun terakhir.
Di Indonesia, angkanya juga memprihatinkan. Ada lebih dari 1,8 juta anak belum mendapatkan satu dosis pun imunisasi. Ini menjadikan Indonesia berada di peringkat keenam sebagai negara dengan jumlah bayi yang belum menerima imunisasi lengkap.
Menurunnya kewaspadaan terhadap penyakit yang seharusnya bisa dicegah
dengan vaksinasi yang diikuti oleh peningkatan kemunculan Kasus Luar Biasa selama tahun 2023, contohnya 94 KLB campak di 18 provinsi di Indonesia.
Anak yang tidak diimunisasi akan berisiko tinggi tertular penyakit berbahaya yang berisiko pada kecacatan dan kematian.
Selain itu, jika masih ada anak yang tidak diimunisasi, kekebalan komunitas tidak akan tercapai sehingga kejadian luar biasa atau wabah.
Baca juga: Takut Anak Rewel dan Demam jadi Alasan Orangtua Enggan Imunisasi
Edukasi dan akses vaksin
Untuk meningkatkan akses dan kesadaran terhadap vaksinasi anak, perusahaan biofarmasi Etana Biotechnologies Indonesia bekerja sama dengan aplikasi tumbuh kembang anak PrimaKu.
“Kolaborasi ini menandai komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap vaksinasi anak, serta memberikan edukasi yang berkualitas kepada orangtua," kata Director of Anti Infectious Business Unit Etana, Indra Lamora dalam keterangan pers.
Edukasi menjadi hal penting karena menurut survei, masih banyak orangtua yang enggan anaknya diimunisasi karena khawatir dengan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) seperti demam.
Baca juga: 9 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Selain itu, untuk memperluas akses vaksin, di aplikasi PrimaKu orangtua juga bisa memesan vaksin ke klinik mitra.
CEO PrimaKu M.Aditriya Indraputra mengatakan, melalui platform, orangtua dapat memesan vaksin dengan harga transparan dan memastikan suplai vaksin yang cukup di semua klinik mitra.
“Kami melihat bahwa tidak hanya edukasi vaksinasi, tetapi juga ketersediaan vaksin di fasilitas kesehatan merupakan permasalahan yang perlu ditangani. Kolaborasi ini menghasilkan End-toEnd vaksin ekosistem mulai dari R&D, Production, Distribution, Education and Vaccination yang pertama di Indonesia karya anak bangsa,” tambah Aditriya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.