Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Genetik untuk Menilai Risiko Penyakit Jantung di Masa Depan

Kompas.com - 30/08/2024, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kemajuan pemeriksaan genetik telah memungkinkan para dokter memprediksi risiko penyakit jantung seseorang dalam jangka panjang, bahkan sebelum gejalanya muncul.

Faktor-faktor klinis tradisional seperti kadar kolesterol jahat, gula darah, atau tekanan darah, saat ini masih menjadi standar utama dalam penilaian risiko risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).

"Namun faktor-faktor itu hanya bisa melihat risiko dalam jangka pendek. Sebaliknya, pemeriksaan genetik dapat menjadi pelengkap untuk menilai risiko dalam jangka panjang," kata co-founder NalaGenetics Levana Laksmicitra, menjawab pertanyaan Kompas.com melalui email.

NalaGenetics adalah perusahaan bioteknologi yang berfokus pada pengobatan, diet dan skrining yang dipersonalisasi berdasarkan profil genetik seseorang.

Genomic assesment atau pemeriksaan genetik dapat mengidentifikasi risiko penyakit jantung berdasarkan varian genetik spesifik, misalnya mutasi pada gen-gen tertentu. Hal ini memungkinkan deteksi risiko bahkan sebelum gejala klinis atau perubahan faktor risiko tradisional muncul.

Baca juga: Apakah Faktor Risiko Penyakit Jantung Bisa Dicegah sejak Awal? Ahli Jelaskan

Pemeriksaan genetik tersebut saat ini telah hadir di Indonesia melalui NalaGenetics dan bisa dilakukan konsultasi sebelum dan setelah pemeriksaan.

"Risiko genetik kami dihasilkan melalui sampel genotipe dengan teknologi high-throughput microaray dan algoritme milik kami yang dilengkapi dengan basis pengetahuan internal yang dikurasi dengan cermat," kata Levana.

Ia menambahkan, tes ini memiliki akurasi yang tinggi. Penelitian juga menunjukkan bahwa faktor risiko genetik dapat membantu menyaring orang muda yang berisiko menderita penyakit jantung, yang mungkin terlewatkan oleh penilaian risiko tradisional.

NalaGenetics juga bekerja sama dengan para pakar penyakit jantung di Indonesia.

"Saat ini kami mampu mendeteksi risiko serangan jantung dan meningkatkan sensitivitas hingga 30 persen pada orang di bawah usia 50 tahun. Kami bekerja sama dengan dr. Bambang Widyantoro dan Prof. Anwar Santoso dari LitBang Pusat Jantung Nasional Harapan Kita untuk lebih memvalidasi dan memperkuat kegunaan klinis uji tersebut," paparnya.

Pemeriksaan genetik tidak menggantikan pemeriksaan klinis, keduanya saling melengkapi. Pemeriksaan klinis tradisional sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko yang dapat diubah, sementara tes genetik dapat memberi tambahan wawasan tentang risiko yang mungkin tidak terlihatat dalam pemeriksaan biasa.

Hasil dari pemeriksaan ini juga bisa menjadi dasar untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih terarah, misalnya saja pengaturan nutrisi.

Baca juga: Tes DNA Tak Cuma Cek Garis Keturunan tapi Juga Profil Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau