Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, "Earphone" Bisa Bikin Tuli

Kompas.com - 24/10/2009, 11:02 WIB

KOMPAS.com — Saat mendengarkan lagu favorit muncul di radio, di gym atau di pemutar MP3 atau iPod, spontan kita akan langsung memperbesar volume suara dan ikut bernyanyi. Namun, berhati-hatilah pada volume suara yang keras lewat earphone. Pasalnya, terlalu sering terpapar musik keras bisa menyebabkan gangguan pendengaran.

Di Amerika Serikat dilaporkan makin banyak orang dewasa dan remaja yang didiagnosis mengalami tuli karena usia lanjut (presbiakusis) yang normalnya kondisi ini baru muncul di usia 50 tahun-an. Rupanya, para remaja dan orang dewasa muda itu adalah orang-orang yang setiap hari mendengarkan earphone selama berjam-jam.

Menurut ahli audio dari Cape Town Medi-Clinic, Lisa Nathan, akumulasi dari suara bising atau keras akan berkembang secara perlahan dan nyaris tanpa gejala. "Butuh waktu beberapa tahun sebelum gangguan muncul atau orang tersebut mengalami masalah pendengaran," katanya.

Misalnya, seorang remaja 15 tahun yang sering mendengarkan MP3 atau iPod dalam volume suara yang keras setiap hari, mungkin baru mengalami gangguan pendengaran saat usianya menjelang 30-an.

"Cepat lambatnya kerusakan pendengaran juga ditentukan oleh gaya hidup dan paparan pada sumber suara bising lainnya, misalnya, jika orang tersebut sering ke klub atau memainkan band, maka kerusakannya akan lebih buruk," katanya.

Telinga sendiri diciptakan dengan berbagai bagian fungsi yang saling bekerja sama sehingga seseorang mampu mendengar, memproses, dan memahami dunia di sekitarnya. Namun, saat suara di sekitar kita terlalu keras atau bising, sel-sel rambut yang halus di rumah siput dalam telinga (koklea) akan rusak. Sel rambut ini berfungsi menangkap frekuensi suara dan meneruskannya ke pusat persepsi pendengaran di otak.

"Pada awalnya kerusakan sel rambut hanya bersifat sementara. Gejalanya seperti saat salah satu telinga ditutup. Terkadang gejala ini juga diikuti dengan tinnitus, yakni kondisi di mana kita seperti mendengar dengungan di telinga," papar Nathan.

Tinnitus sebenarnya adalah hal yang normal karena merupakan tanda telah terjadi kerusakan di dalam sel rambut. Namun, makin sering kerusakan itu terjadi, kerusakannya pun akan menjadi permanen karena sel-sel yang rusak tadi tidak sempat memperbaiki diri atau keburu mati. Akibat dari kerusakan permanen tadi adalah tuli.

Suara diukur berdasarkan desibel (dB), dengan nilai 0 merupakan suara paling lembut yang bisa didengar manusia dan 180 adalah suara bising yang ditimbulkan oleh roket yang akan diterbangkan ke luar angkasa.

Rata-rata level suara percakapan sekitar 60 dB, sementara suara dari konser musik rock mencapai 115 dB. Para ahli percaya, paparan suara yang melebihi 85 dB dalam jangka panjang sangat berbahaya. Perlu diingat, volume suara tertinggi dari pemutar MP3 atau iPod adalah sekitar 100 dB. "Level maksimal yang disarankan adalah kurang dari 85 dB," kata Nathan.

Untuk mencegah dampak negatif dari earphone tadi, Nathan merekomendasikan penggunaan jenis earphone yang bisa mengurangi suara di latar belakang sehingga kita bisa mendengar suara musik dengan nyaman tanpa terganggu masuknya suara di sekitar. Dengan begitu, kita tak perlu menyetel musik dalam volume keras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau