JAKARTA, KOMPAS.com — Masyarakat masih mengeluhkan biaya pengobatan yang mahal karena harga obat-obatan dinilai tidak terjangkau. Walau begitu, mahalnya obat-obatan tersebut belum tentu sebanding dengan keefektifan obat tersebut dalam menyembuhkan.
Menurut pakar Ekonomi Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Hasbullah Thabrany, banyak pemborosan terjadi di masyarakat akibat penggunaan obat murah yang kurang efektif atau obat mahal yang tidak tepat.
"Obat murah sering tidak diyakini efektif oleh pasien dan dokter, sementara obat yang harga satuannya tampak mahal belum tentu cost effective dalam jangka panjang. Akibatnya, banyak pemborosan terjadi, baik karena penggunaan obat murah tapi kurang efektif maupun obat mahal yang tidak tepat," ucap Hasbullah di Jakarta, Rabu (13/1/2010).
Karena itu, kata dia, diperlukan lebih banyak riset lagi terkait dengan keefektifan obat-obatan. "Kalau dia bisa ngobatin dengan cepat, ya dia efektif. Karena itu, perlu ada riset-riset yang banyak tentang itu," tandasnya.
Lebih lanjut Hasbullah menyampaikan, obat menjadi mahal karena masyarakat saat ini masih merogoh kocek dari kantongnya sendiri, belum memanfaatkan asuransi sosial dan jaminan kesehatan. "Harus dengan asuransi atau ditanggung oleh negara," katanya.
Biaya kesehatan, lanjutnya, akan semakin mahal dari tahun ke tahun. Hal tersebut terkait tiga hal, yaitu banyaknya jumlah penduduk tua, biaya pengobatan yang mahal, dan standar hidup yang naik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.