Kompas.com - Olahraga dengan intensitas yang tinggi sering dianggap lebih efektif membakar lemak. Padahal olahraga berlebihan bisa menjurus pada sejumlah masalah kesehatan yang fatal, salah satunya adalah efek pembekuan darah yang bisa mengancam nyawa.
Danielle Yalop (24), dari Manchester, Inggris, harus menjalani operasi pengangkatan tulang rusuk setelah menderita pembekuan darah (deep vein thrombosis/DVT) yang bisa menyumbat arteri dan menyebabkan kematian.
Yalop yang bekerja di bagian marketing ini biasa berolahraga di gym seminggu lima kali. "Saya adalah orang yang bugar dan tidak pernah mengalami kejadian ini sebelumnya. Tak terbayang penyakit saya akibat olahraga," katanya.
Ia pertama kali menyadari ada sesuatu yang tidak beres saat melihat pembengkakan di bagian bawah lengannya. Karena bengkaknya tidak hilang dalam dua hari, ia lalu mengunjungi dokter dan didiagnosa DVT. Oleh dokter ia diberikan obat untuk mengencerkan darah dan melakukan operasi pengangkatan rusuk agar tekanan pada pembuluh arteri berkurang.
DVT sebenarnya lebih banyak diderita penumpang pesawat dalam penerbangan yang panjang. Namun menurut dokter, Yalop menderita DVT karena olahraga berat yang dilakukannya.
"Saat kita berolahraga, otot menjadi lebih tegang dan membengkak, menekan pembuluh vena. Hal ini bisa menyebabkan pembekuan darah," kata Profesor Mo Baguneid, yang merawat Yalop.
Bahaya utama dari bekuan darah adalah jika sebagian bekuan itu terlepas dan ikut dalam aliran darah kemudian menyumbat pembuluh darah. Jika bekuan itu tersangkut di paru, disebut emboli paru, jika bersarang di otak akan memicu stroke.
Beguneid menjelaskan, kasus DVT makin sering ditemui. Dalam dua bulan terakhir ia telah merawat tiga pasien kasusu serupa. "Kebanyakan terjadi karena olahraga angkat beban untuk lengan atas yang berlebihan," katanya.
Dia menjelaskan, sulit menentukan intensitas olahraga yang aman. "Aman tidaknya tergantung pada kemampuan otot seseorang dalam menerima tekanan," katanya.
Karena itu ia menyarankan agar olahraga dilakukan secara bertahap dan sesuai kemampuan tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.