KOMPAS.com - Banyak pasien sering menanyakan kepada saya, apakah gangguan cemas yang dideritanya dapat sembuh atau tidak. Pasien menanyakan hal ini tentunya bukan tanpa alasan. Begitu banyak pasien dengan gangguan cemas yang merasa "terjebak" dalam penggunaan obat anticemas atau dikenal sebagai penenang.
Ketergantungan secara psikologis dan fisik sering dilaporkan oleh pasien yang "hanya" mengandalkan obat anticemas seperti alprazolam untuk mengatasi gangguan cemasnya. Padahal, sudah sejak beberapa tahun yang lalu beberapa penelitian terbaru di bidang gangguan cemas mengatakan penggunaan obat anticemas golongan benzodiazepin seperti alprazolam sudah mulai ditinggalkan karena kemungkinan mengalami ketergantungan cukup besar, apalagi jika tidak dalam pengawasan psikiater.
Apalagi di negara barat yang banyak individunya meminum alkohol dalam jumlah lebih banyak, biasanya kondisi ketergantungan akan lebih mudah tercapai. Obat antidepresan golongan SSRI saat ini yang menjadi pilihan dalam pengobatan gangguan cemas. Tentang apa itu gangguan cemas dan berbagai macam tipenya pernah saya tulis di berbagai tulisan yang saya tulis di blog ini, namun pertanyaan yang sering muncul di ruang praktek tetaplah seragam, yaitu "Apakah saya bisa sembuh dari gangguan cemas ini?"
Keterlibatan Genetik dan Lingkungan
Ketika menuliskan tulisan ini, saya baru saja beberapa hari yang lalu pulang dari pertemuan regional negara asia yang membahas perkembangan terbaru di bidang neuroscience terkait dengan gangguan kejiwaan depresi, cemas, bipolar dan skizofrenia. Dalam dua hari pertemuan ini, saya banyak mendapatkan update ilmu terkait kondisi gangguan cemas dan faktor-faktor penyebabnya.
Sampai saat ini, memang tidak ada yang bisa menjelaskan faktor utama terjadinya ketidakseimbangan sistem di otak sehingga membuat pasien mengalami gangguan cemas. Keterlibatan faktor genetik dan lingkungan masih dianggap faktor yang berperan secara sinergis dalam "membentuk" suatu kondisi gangguan kecemasan. Walau demikian, kedua faktor ini tidak dapat berdiri sendiri. Jika terdapat faktor genetik bawaan tetapi tidak ada faktor lingkungan, maka tidak akan terjadi gangguan kecemasan. Begitupun jika memang kondisi lingkungan dalam arti begitu banyaknya stres atau tekanan dalam kehidupan namun tidak didukung oleh faktor genetik bawaan maka kondisi gangguan kecemasan juga tidak terjadi.
Kok Bisa Kambuh ?
Jika ditanyakan oleh pasien apakah penyakit ini bisa kambuh tanpa ragu saya menjawab BISA. Penjelasan tentang mengapa bisa kambuh sebenarnya sederhana. Seperti juga kondisi flu yang biasanya berhubungan dengan kondisi keseimbangan kesehatan individu, maka sering saya mengumpamakan gangguan cemas itu sebagai kondisi yang tidak berbeda dari flu. Artinya, pasien bisa menjadi baik dan tidak kambuh jika pengobatan dilakukan dengan baik dan tepat serta menjaga kondisi badan dan pikiran yaang baik.
Pengobatan dengan obat-obat antidepresan lebih sering diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan sistem otak pada pasien gangguan cemas. Setelah seimbang, maka diharapkan keluhan-keluhan psikologis dan fisik terkait cemas bisa hilang atau mereda sama sekali. Saat keseimbangan tercapai inilah, maka pola-pola pikir positif akan bisa muncul dan menjadi suatu bekal untuk menghadapi kondisi stres sehari-hari.
Namun, jika pola pikir tidak terlatih dan lingkungan juga memang sangat tidak nyaman dan diidentifikasi sebagai suatu kondisi yang penuh tekanan, maka lama-lama keseimbangan sistem di otak yang pada walanya sudah benar itu kembali berulah. Pada saat inilah, keluhan-keluhan cemas muncul lagi dan itulah yang dinamakan kambuh (relaps).
Walaupun bisa kambuh, jangan berkecil hati kalau ini adalah akhir dari segalanya. Pasien sering merasa putus asa jika kambuh, walaupun itu banyak terjadi karena memang angka kekambuhan pada pasien depresi misalnya bisa mencapai 50% lebih meski mendapatkan pengobatan. Untuk itulah, dalam setiap sesi konsultasi, pendidikan dan informasi tentang penyakit ini, saya berikan detil agar mencegah kesalahpahaman.
Kondisi pasien bisa baik sama sekali dari kondisi kecemasan tetapi bukan berarti tidak bisa kambuh. Kuncinya adalah seberapa besar pasien bisa mempertahankan pola adaptasi stresnya dan mampu beradaptasi dengan stres kehidupaan sehari-hari itu. Jadi, tidak perlu menjadi putus asa jika anda kambuh dari gangguan cemas, tetapi juga jangan terlalu pesimis sampai mengatakan bahwa tidak bisa sembuh dari gangguan cemas.
Salam Sehat Jiwa!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.