Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2012, 07:36 WIB

Kompas.com - Sebaiknya orangtua tidak menganggap ngorok pada anak sebagai tanda lelapnya tidur. Kebiasaan ngorok pada anak bisa menjadi pertanda adanya gangguan perilaku seperti hiperaktif, depresi, dan gangguan pemusatan perhatian.

"Ngorok yang tampak di komik atau film kartun memang lucu, tetapi realitasnya kondisi itu tidak normal untuk anak," kata Dean Beebe, direktur program neuropsikologi dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center.

Ia menjelaskan, kebiasaan mendengkur akan mengurangi kualitas tidur sehinngga anak mengalami kelelahan dan memiliki toleransi rendah alias mudah marah.

Bila ngorok tersebut berlangsung sudah cukup lama, maka anak bisa memiliki interaksi yang negatif dengan lingkungannya sehingga mengubah caranya merespon.

"Otak anak-anak masih berkembang. Koneksi yang dibentuk berdasarkan pengalaman. Karena itulah kurang tidur bisa mengubah secara fundamental pengalaman tersebut," kata Beebe.

Ia melakukan penelitian terhatap 249 anak yang terlibat dalam studi prospektif yang diikuti sejak anak-anak itu lahir. Ibu mereka memberikan data frekuensi ngorok saat si anak berusia dua dan tiga tahun.

Dari seluruh partisipan, 170 anak tidak punya kebiasaan ngorok. Sementara 57 anak punya kebiasaan ngorok sementara, yakni mereka terkadang ngorok saat usia 2 tahun, atau 3 tahun tetapi bukan keduanya. Sementara itu anak yang selalu ngorok hanya sedikit, hanya 22 orang yang ngorok lebih dari dua kali dalam seminggu saat mereka berusia 2 tahun dan mengorok lebih sering di usia 3 tahun.

Anak yang selalu ngorok tersebut diketahui telah terpapar asap rokok sebelum lahir dan saat kecil. Pada umumnya mereka berasal dari kelompok ekonomi lemah dan berkulit hitam.

Para peneliti memang tidak menemukan perbedaan dalam perkembangan motor antar ketiga kelompok. Tetapi anak yang sering ngorok cenderung hiperaktif, depresi, dan kurang memerhatikan.

"Mendengkur memengaruhi kualitas tidur, dan kurang tidur jelas memengaruhi perilaku," kata Dr.Sangeeta Chakravorty, direktur pusat evaluasi tidur anak-anak. Ia tidak terlibat dalam penelitian ini.

Kendati begitu menurutnya hasil studi tersebut tidak menjelaskan apakah gangguan perilaku itu terjadi karena mereka kelelahan atau karena mendengkur mengurangi oksigen.

Namun kedua pakar itu sepakat bahwa kebiasaan mendengkur pada anak jangan diabaikan. "Bila orangtua mengetahui anaknya ngorok lebih dari tiga kali dalam seminggu yang tidak disebabkan karena penyakit flu, dan berlangsung setidaknya sebulan, segeralah konsultasikan ke dokter," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau