Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2012, 10:51 WIB

Kompas.com - Kebiasaan menghisap ganja sejak usia remaja harus dibayar mahal dengan turunnya tingkat kecerdasan seseorang. Barangkali itu sebabnya mengapa orang-orang yang menghisap barang haram itu biasanya kurang sukses.

Cukup banyak nasihat dan anekdot yang menyebutkan para pengguna ganja cenderung kurang sukses dalam pendidikan, pernikahan, dan juga pekerjaan. Ternyata hal itu terjadi karena mereka menjadi kurang cerdas.

Dalam penelitian yang dilakukan di Selandia Baru terhadap 1000 orang diketahui, mereka yang mulai menghisap ganja sebelum berusia 18 tahun memiliki tingkat IQ (kecerdasan) lebih rendah. Hal itu terjadi karena di usia kurang dari 18 tahun otak masih berkembang.

Selama lebih dari 20 tahun para peneliti mengikuti kesehatan sekelompok orang dari Dunedin, Selandia Baru. Penelitian dimulai ketika orang-orang itu masih anak-anak, sebelum ada yang menghisap ganja, kemudian wawancara dilakukan secara berkala sampai mereka berusia 38 tahun.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, seperti penggunaan alkohol atau tembakau, atau obat terlarang lain, serta lamanya mereka bersekolah, para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang menghisap ganja memiliki kecerdasan lebih rendah.

"Kami mengikuti hampir 1.000 orang dan melakukan tes kemampuan mental saat mereka berusia anak-anak dan belum pernah mencoba ganja, kemudian 25 tahun kemudian di tes lagi setelah beberapa responden menjadi pecandu," kata Prof.Terrie Moffitt, salah satu peneliti.

Anjloknya tingkat kecerdasan tersebut paling nyata terlihat pada mereka yang mulai menghisap ganja di usia pra-remaja atau sebelum 18 tahun. Penurunan IQ mereka bisa sampai 8 poin.

Namun, berhenti menghisap ganja atau menguranginya tidak bisa mengembalikan IQ yang jeblok tersebut.

"Kebiasaan menghisap ganja dalam 20 tahun sangat erat kaitannya dengan penurunan neuropsikologi. Hasil studi ini konsisten dengan spekulasi yang menyebut bahwa memakai ganja di usia remaja saat otak masih berkembang, memiliki efek toksik pada saraf," tulis para peneliti dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Science.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau