JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan deteksi, pengobatan serta terapi penyakit tumor otak telah mengalami banyak kemajuan. Tak mau kalah dari negara lain, pengobatan tumor otak yang semakin maju dan progresif dikembangkan di rumah sakit Indonesia. Sebuah cara terbaru diperkenalkan, yakni bedah mikroskopik dengan teknik Blue Ray memungkinkan tumor otak terangkat dua kali lipat.
Dr. Made Agus Mahendra Inggas Sp.BS, ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Jakarta mengatakan, teknik Blue Ray ini tergolong baru untuk mengatasi tumor pada otak. Setelah melewati penelitian dan uji coba panjang, maka pada tahun 2008, Blue Ray diperkenalkan oleh para dokter di Jerman. Di Indonesia, teknik ini baru dipraktekkan pertama kali di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi tahun 2012 ini.
Bedah mikroskopik dengan teknik Blue Ray, menurut Made, dapat mengangkat tumor otak lebih banyak daripada pembedahan tanpa Blue Ray. Cara kerja teknik ini ialah, empat jam sebelum operasi, pasien akan meminum obat berbentuk serbuk yang dicampur air. Ketika pasien siap dioperasi, cairan yang diminum pasien tadi akan berpendar dan terlihat lewat lensa mikroskop. Apabila terdapat sel tumor, maka cairan ini akan berwarna merah di bawah lensa mikroskop dan berwarna biru jika bukan tumor.
"Setelah ada Blue Ray batasnya yang mana sel tumor dan bukan terlihat jelas. Sebelumnya, dokter mengoperasi tumor berdasarkan perkiraan dari pembesaran mikroskop. Kalau dengan teknik ini akan terlihat bedanya, yang warnanya merah itu tumor," katanya dalam acara seminar Teknik Terbaru Bedah Tumor Otak dengan Blue Ray dan Radiation Therapy dengan RAPID ARC, di Jakarta, Sabtu (1/9/2012).
Dengan kemajuan teknik yang diadaptasi dari Jerman ini, maka ketepatan pengangkatan sel tumor semakin tinggi. Meskipun demikian, Made menggarisbawahi gerak agresif sel tumor yang mudah menyusup ke sel sehat atau fungsi otak lainnya. Dokter harus berhenti mengoperasi sel sehat di otak meskipun bagian tersebut berwarna merah, yang artinya masih terdapat sel tumor pada otak.
"Meski kami berpegang pada pengangkatan tumor lebih banyak, namun bukan berarti mengabaikan fungsi lain misalnya fungsi yang mempengaruhi gerak atau fungsi bicara," ujarnya.
Dari sisi dokter, teknik Blue Ray ini membuat komunikasi dokter-pasien lebih apa adanya. Artinya, jika masih terdapat sel tumor yang menyusup pada sel sehat, dokter bisa berterus terang kepada pasien dengan menunjukkan bukti. Untuk kemudian, dokter bisa menganjurkan radiasi untuk perawatan lanjutan. Selain itu, jangka waktu operasi menjadi lebih pendek. Hal ini dikarenakan, dokter lebih percaya diri mengambil tumor di otak. Kepercayaan diri dokter akan membuat waktu operasi relatif lebih cepat.
Mengenai efek samping, Made mengatakan hampir dipastikan tidak ada. Hanya, pasien yang dibedah dengan teknik Blue Ray harus berada di ruang gelap karena obat yang diminum bereaksi terhadap cahaya. Begitu juga 24 jam pasca operasi, pasien diperkenankan beristirahat di ruang dengan kapasitas cahaya terukur. Pada beberapa pasien, kata Made, ada keluhan di bagian liver setelah menggunakan teknik ini. Menurutnya, fungsi liver yang meningkat terkait proses penghancuran obat yang berlangsung sementara sekitar satu minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.