KOMPAS.com - Kelompok peduli konsumen di Amerika mengimbau agar anak-anak tidak konsumsi tuna dalam kaleng lagi. Diduga, tuna dalam kemasan kaleng mengandung bahaya merkuri. Mengacu pada penelitian dari Spanyol tahun 2009, anak-anak yang terpapar merkuri tinggi akan terhambat perkembangan mentalnya.
Dalam laporan terbaru, Mercury Policy Projects mengatakan anak seharusnya tidak usah makan tuna albacore. Orang tua diminta membatasi konsumsi tuna putih untuk anak di bawah 24 kilogram setiap bulan, dan dua bulan untuk anak remaja.
"Sayangnya kami kembali mengingatkan konsumen soal tuna. Walaupun tuna sangat umum, tapi seharusnya makanan ini jarang diberikan untuk anak," kata Sarah Klein dari Center for Science in the Public Interest, sebuah kelompok yang peduli pada hak-hak konsumen.
Laporan ini mencakup tes terhadap 59 sampel tuna dari 11 negara. Para peneliti sebelumnya melakukan pembelian tuna dalam kaleng dengan berat 1 kilogram yang biasa dikonsumsi anak di sekolah. Hasil pengujian menunjukkan, konsentrasi merkuri dari tiap kaleng bervariasi. Bahkan, pada sampel terpisah dari kaleng yang sama membawa jumlah merkuri berbeda. Hasil tes menunjukkan, kadar merkuri pada tuna putih lebih rendah daripada tes lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA). Tetapi, penelitian tingkat merkuri pada tuna albacore lebih tinggi dari hasil FDA.
FDA sendiri merekomendasikan wanita usia subur dan anak-anak tidak konsumsi tuna kaleng lebih dari 5 kilogram seminggu. Dan, hanya boleh konsumsi tuna albacore kalengan kurang dari 2 kilogram seminggu.
Edward Groth, PhD, peneliti koalisi peduli konsumen mengakui sebagian besar penelitian ini mengenai efek merkuri pada wanita hamil dan perkembangan dini anak. Laporan Groth mengaitkan dengan studi tahun 2009 oleh ahli pediatrik Gary Myers, MD. Laporan Myers meneliti efek ekstrem makanan seafood yang dikonsumsi anak-anak di pulau Seychelles. Dalam penelitian ini, ditemukan hubungan antara makan ikan, tingkat merkuri dan perkembangan mental.
"Jangan menakuti orang dengan memberikan tuna yang masih kecil. Ini bukanlah pertanyaan tentang tuna dan bukan tuna, ini tentang berapa banyak tuna yang dikonsumsi. Ada banyak manfaat dari tuna, dan manfaat itu akan baik jika dikonsumsi sekali atau dua kali dalam sebulan," ujarnya.
Jennifer McGuire, RD, seorang ahli dari Tuna Council of the National Fisheries Institute yang mewakili tiga produsen utama tuna kaleng mengatakan, laporan ini hanya berfokus pada bahaya tuna. Bukan pada manfaat gizinya.
"Laporan tidak menyebutkan asam lemak omega 3, protein, dan selenium yang memiliki efek positif. Mereka hanya menyimpulkan jumlah merkuri dari apa yang mereka teliti. Tidak ada sesuatu yang baru dalam penelitian ini, mereka seolah hendak mencari keributan dan kami prihatin dengan hal ini," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.