Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/10/2012, 00:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat sebaiknya tidak menganggap sepele polusi di dalam ruangan (indoor pollution).  Polusi  ini ternyata tidak kalah berbahaya dengan polusi di luar ruangan (outdoor pollution). Dampak yang ditimbulkannya bisa berakibat fatal dan sangat beragam, mulai dari infeksi saluran pernafasan, asma, bronkhitis hingga kanker.

Demikian diungkapkan spesialis penyakit pernafasan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta dr Budi Antariksa Sp.P(K) dalam acara 'Touch & Feel Experience Sharp Plasmacluster Ion Products' di Jakarta, Selasa (23/10/2012).

Menurut Budi, polusi di dalam ruangan (indoor pollution) bisa berasal dari berbagai sumber yang ada di dekat atau di dalam rumah, dan hal ini berpotensi menyebabkan penyakit yang pada akhirnya menimbulkan beban dan biaya kesehatan.  

"Di dalam ruangan bisa terjadi polusi udara dengan berbagai macam hal. Bisa berasal dari asap rokok, debu, tungau yang ada di kasur dan selimut dan kolong tempat tidur. Atau pun berupa virus, jamur atau bakteri," ungkap dokter yang juga aktif di Yayasan Asma Indonesia itu.

Ia menjelaskan, polutan memang berukuran sangat kecil, sehingga partikel ini dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. "Sebisa mungkin partikel yang masuk ke jangan sampai yang berbahaya, karena kalau berbahaya bisa berpotensi merusak paru-paru," terangnya.

Partikel atau zat  berbahaya terutama yang bersifat karsinogen perlu diwaspadai karena hal ini dapat memicu timbulnya kanker. Selain kanker, kata Budi, beberapa jenis penyakit yang timbul akibat polusi dalam ruangan di antaranya  iritasi saluran pernafasan, sakit tenggorokan, asma, bronkhitis, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) . 

Di dunia, lanjut Budhi, angka kematian akibat indoor pollution diperkirakan mencapai sekitar 3 juta orang per tahun. Sedangkan merujuk pada data penelitian Global Health Risks dalam laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian dan beban yang ditimbulkan oleh risiko polusi di dalam ruangan mencapai 2,7 persen dari beban penyakit secara global.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kata Budi. angka kematian akibat indoor polution relatif jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju. Sehingga ancaman yang ditimbulkan polusi tak boleh dianggap sebelah mata.

Pemurni udara

Memastikan kualitas udara yang baik menjadi hal penting bagi masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit, terutama penyakit pernafasan. Salah satu pilihan yang dapat dipertimbangkan adalah penggunaan pemurni udara atau air purifier.

Budi menyatakan, penggunaan pemurni udara dengan teknologi Plasmacluster dapat menjadi pilihan untuk membantu menghilangkan berbagai jenis polutan di dalam rumah seperti virus, jamur dan bakteri. Teknologi Plasmacluster ini telah teruji secara ilmiah dalam suatu penelitian yang dilakukan bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia pada 2009.

"Kita sebarkan virus H1N1 dalam suatu test, dan 99.9 persen virus tersebut mati.  Artinya, alat ini memang bisa membunuh virus," kata Budi yang menambahkan bahwa penggunaan pemurni udara Plasmacluster juga baik untuk membantu pasien-pasien di rumah sakit, utamanya mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

General Manager Sharp Plasmacluster Engineering Departement Kazuo Nishikawa menambahkan Plasmacluster merupakan teknologi yang menghasilkan ion positif dan negatif di dalam udara secara aktif. Alat ini bereaksi untuk membuat virus, bakteri dan jamur menjadi non-aktif.

"Ide dasar dari Sharp Plasmacluster adalah menghadirkan udara yang segar dan murni.  Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah ion positif dan negatif di udara dengan jumlah seimbang sehingga interaksi kedua ion ini menjadikan kualitas udara menjadi murni," paparnya.

Di wilayah perkotaan, kata Nishikawa, jumlah kedua ion ini hanya seperempat dari jumlah ion yang terdapat di area hutan akibat gas buangan dan listrik statis.  Sementara itu di dalam ruangan sendiri jumlahnya berkurang menjadi 50 persen dan tidak seimbang karena ion negatif yang sangat minim sehingga pemurnian udara melalui interaksi kedua ion ini tidak mungkin terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau