Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2013, 12:57 WIB

Kompas.com - Setelah membebaskan diri mengonsumsi berbagai makanan dan minuman, ide untuk melakukan "bersih-bersih" tubuh melalui detoks terdengar bagus. Berpantang mengonsumsi apa pun, kecuali jus buah dan sayur, tampaknya menyehatkan.

Beberapa toko yang menyediakan produk makanan dan minuman detoks mengklaim dengan diet detoks bukan cuma toksin yang dibuang, tapi kulit akan menjadi lebih kinclong, pencernaan sehat, serta meningkatkan kesehatan mental.

Tetapi kita tidak boleh percaya pada mitos atau klaim yang tidak bisa punya dasar ilmiah. Sebaiknya bekali diri dengan informasi yang benar.

- Apa itu racun?
Setiap hari kita mendapatkan zat-zat kimia dari makanan (pewarna atau pengawet), air (klorin), atau udara (karbon monoksida). "Toksin bisa menumpuk di tubuh dan menyebabkan inflamasi serta melemahkan sistem imun," kata Susan Blum, direktur Blum Center for Health.

Itu sebabnya, menurut dia, kita jadi gampang terkena penyakit kronik seperti sakit kepala, artritis, atau asma. Sebenarnya tubuh memiliki organ liver atau ginjal untuk menyaring dan mengeluarkan sampah dan racun. Tetapi sebagian orang meyakini gaya hidup modern menyebabkan paparan zat kimia semakin tinggi sehingga organ tersebut tak mampu membersihkannya.

- Teori dibalik detoks
Melakukan diet detoks cukup sederhana, kita menggantikan semua makanan dan camilan dengan jus buah dan sayuran (disarankan organik) selama 3-7 hari.

Ide tersebut berangkat dari pemahaman bahwa ketika tubuh kita dibebaskan dari tugasnya mencerna makanan padat, mereka jadi lebih efisien mengeluarkan toksin.

Para ahli setuju bahwa jus buah dan sayur mengandung banyak nutrisi. Namun melakukan pembersihkan 3-7 hari tidak secara ajaib mampu meningkatkan kemampuan alami tubuh dalam menghilangkan racun.

"Sebenarnya kita bisa mengeluarkan racun setiap saat jika kita makan dengan benar karena hal tersebut akan membantu tubuh berfungsi optimal," kata Joel Fuhrman, penulis buku Eat to Live.

- Menurunkan berat badan?
Tentu berat badan akan turun jika kita melakukan detoks. Tetapi kebanyakan hanya "berat air". Saat kita makan makanan padat, terutama karbohidrat, tubuh perlu menyimpan air agar bisa mencerna dengan baik. Ketika kita menghilangkan air dan makanan, tentu berat badan akan turun.

Masalahnya, saat kita kembali mengonsumsi makanan padat, air akan kembali lagi. Pada sebagian orang, selama detoks justru meningkatkan keinginan untuk ngemil sehingga saat detoks selesai mereka membebaskan diri makan apa saja.

- Efek samping
Diet detoks dalam waktu singkat pada dasarnya tidak berbahaya. Mungkin Anda hanya akan merasa pusing dan agak lemas. Para ahli tidak merekomendasikan detoks pada orang yang sedang dalam terapi pengobatan. Misalnya pasien darah tinggi atau diabetes. Detoks juga tidak disarankan untuk anak dan ibu hamil atau menyusui.

"Untuk kesehatan yang baik, kita bukan cuma harus mengurangi paparan zat kimia tapi juga menyuplai tubuh dengan nutrisi yang diperlukan," kata Blum.

Karena itulah, menurutnya detoks dengan jus hanyalah salah satu bagian dalam pola makan sehat yang terdiri dari mengurangi makanan yang diproses, protein berkualitas baik, serta memasukkan buah dan sayur dalam pola makan sehari-hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau