Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2013, 19:11 WIB

KOMPAS.com - Perkembangan ilmu kebidanan saat ini memungkinkan untuk memberikan terapi dengan intervensi intra-uterin pada janin. Terapi dengan intervensi intra-uterin memungkinkan dokter untuk memberikan perlakuan pada janin tanpa melakukan tindakan operasi besar.

Terapi dengan intervensi intra-uterin ini khususnya untuk mengoreksi kelainan pada janin yang diakibatkan oleh cacat bawaan. Cacat bawaan dapat disebabkan faktor genetik atau lingkungan. Namun menurut spesialis kebidanan Rumah Sakit Premier Bintaro (RSPB) dr. Nurwansyah, Sp.OG, hingga 80 persen cacat bawaan tidak ketahui penyebabnya.

"Cacat bawaan disebabkan oleh multifaktorial, sehingga hingga kini belum dapat diketahui secara pasti," ujar Nurwansyah dalam Seminar Dokter yang bertajuk "Updates in Maternal - Fetal Medicine" Sabtu (6/4/2013) di RSPB Tangerang. Bahkan virus seperti toksoplasma, lanjut Nurwansyah, justru sangat jarang menyebabkan cacat bawaan, yaitu kurang dari 1 persen.

Maka, untuk mengantisipasi adanya cacat bawaan pada janin, diperlukan terapi dengan intervensi intra-uterin yang didahului dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG bertujuan untuk mendeteksi adanya cacat bawaan pada janin.

"Diagnosa dari hasil USG merupakan yang terpenting karena sangat menentukan tindakan apa yang selanjutnya dilakukan," tutur Nurwansyah.

Beberapa kelainan pada janin yang dapat dilakukan terapi dengan intervensi intra-uterin yaitu anemia janin. Anemia janin dapat terjadi jika ada perbedaan rhesus ibu dengan janin. Perbedaan rhesus tersebut akan menyebabkan janin tidak mendapatkan nutrisi dari darah ibu karena tubuh ibu membentuk antibodi terhadap darah janin.

"Jika dibiarkan, maka janin hanya maksimal bertahan hidup hingga tujuh bulan dan meninggal," ujar Nurwansyah.

Ia melanjutkan, terapi untuk kasus ini yaitu dengan imunisasi pada ibu agar tidak menghasilkan antibodi dalam bentuk anti-rhesus.

Adapula kelainan hidrothorax, yaitu adanya cairan di rongga thorax. Cairan dapat dikeluarkan dengan penusukan langsung di bagian tersebut. Begitupula dengan hidrocepalus, yaitu kelebihan cairan di otak.

Selain beberapa kelainan akibat cacat bawaan yang sudah disebutkan, masih ada lagi kelainan yang memungkinkan untuk dilakukan terapi dengan intervensi intra-uterin. Namun, adapula kelainan yang membutuhkan perlakuan lain.

Nurwansyah memaparkan, ada beberapa kategori diagnosa yang tentu memerlukan perlakuan yang berbeda. Jika pertumbuhan terhambat dilakukan koreksi, salah satunya dengan terapi. Untuk penyakit yang berkembang, maka perlu dilakukan percepatan kelahiran.

Bahkan ada pula yang lebih baik dilakukan aborsi karena keadaan janin tidak memungkinkan untuk hidup baik dan sehat setelah dilahirkan. "Namun keputusan ini seringkali masih menjadi dilema dan ironi," ungkap Nurwansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau