Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/04/2013, 17:55 WIB

KOMPAS.com - Gejala autisme pada anak harus segera dikenali oleh para orang tua . Lebih cepat dikenali akan sangat membantu anak penyandang autisme. Karena mereka dapat dengan segera menerima terapi untuk menangani kebutuhan khususnya.

Autisme memiliki kisaran luas yang disebut Autism Spectrum Disorder (ASD). Berbagai gangguan yang masuk dalam ASD adalah autistic disorder (classic autism), Asperger's disorder, pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS), Rett's disorder (Rett syndrome, dan childhood disintegrative disorder (CDD). Gejala ASD didiagnosis berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.

"Gejala biasanya muncul sebelum anak berusia tiga tahun dan harus segera dikenali orangtua. Jika terlambat, kasihan anaknya tidak segera menerima terapi," kata psikiater dr. Dwijo Saputro Sp.KJ pada seminar sehari Peringatan Hari Autis Sedunia, Selasa (9/4/2013) di Jakarta.

Tanda yang paling umum pada anak penyandang autisme adalah kesulitan mengenali wajah. Menurut Dwijo kesulitan ini menjadi gejala awal autisme. Hal ini dikarenakan anak sulit membangun dan merasa tidak membutuhkan relasi sosial tersebut. Kesulitan tersebut juga membuat anak tidak mampu lama berkontak mata.

Anak penyandang autis biasanya juga mengalami telat bicara (delay speech). Keterlambatan bicara membuat penguasaan bahasanya terbatas. Biasanya anak autis hanya mampu berbicara dengan 'gaya' tertentu. "Kalau lingkungan terdekatnya menggunakan bahasa formal, maka dia akan menirunya. Anak autis tidak bisa menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan lingkungan sekitar," kata Dwijo.

Anak autis juga kesulitan diajak bermain secara imajinatif. Permainan nyata relatif lebih mudah bagi mereka. Mereka biasanya tidak mau berbagi mainan dengan anak lainnya. Anak juga memiliki kebiasaan stereotip berulang-ulang. Misalnya suka menggoyang jari tangan, atau berjalan bolak balik. Kebiasaan ini bisa jadi merupakan favoritnya, atau karena adanya aktivitas otak yang tidak normal.

Akibatnya anak tidak mampu mengkontrol gerakan yang dilakukan. Anak autis juga bereaksi pada hal tertentu, seperti sinar, suara, bau, rasa, dan tekstur. Anak autis biasanya tidak suka atau tidak nyaman dengan cahaya yang terlalu kuat. Suara-suara tertentu seperti petir, dering telepon, atau penyedot debu membuat anak autis merasa tidak nyaman.  Mereka akan menutup telinga dan kadang berteriak. Anak autis tidak menampakkan ekspresi apapun ketika merasa panas atau dingin.

Anak autis juga kerap mengalami masalah sulit mengantuk dan tidur. Beberapa penyandang autisme harus menggunakan hormon melatonin untuk membantunya tidur.

Intervensi dini

Anak penyandang autis sebaiknya segera dibawa ke psikolog atau psikiater untuk segera menerima terapi sesuai kemampuannya. Terapi akan membantunya mandiri dan beradaptasi di lingkungan.

"Intervensi dini akan membantu anak segera belajar hal-hal penting bagi dirinya. Bentuk terapi bisa gabungan psikologi dan psikofarmaka," kata Dwijo.

Psikofarmaka digunakan bila manifestasi autis dinilai membahayakan diri anak. Bentuk intervensi dini pada aspek psikologi adalah, anak belajar perilaku dan pendidikan sosial. Anak akan belajar bagaimana berperilaku yang baik di lingkungan umum. Misalnya jika mau buang air harus pada tempatnya, tidak berteriak-teriak, dan mematuhi aturan. Bentuk intervensi lain adalah floor time. Pada sesi ini akan belajar bagaimana berkomunikasi dan menjalin relasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau