Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2013, 09:43 WIB

KOMPAS.com - Peredaran obat palsu semakin mengancam masyarakat. Obat palsu bukan cuma beredar di pinggir jalan, internet, atau pasar gelap, tapi juga bisa masuk apotek.

Sebuah riset yang diadakan oleh FKUI/RSCM sepanjang tahun 2011 hingga 2012 menunjukkan, untuk jenis obat PDE5 Inhibitor atau Sildenafil,  sebanyak 13 persen yang beredar di apotek adalah obat palsu. Persentase ini meningkat pada obat sildenafil yang beredar di situs internet (33 persen), toko obat (56) , dan penjual pinggir jalan yang hampir 100 persen palsu.

Menurut Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Widyaretna Buenastuti, meskipun riset ini hanya meneliti obat antiimpotensi jenis sildenafil, namun fakta hampir setengah obat yang dijual di pasaran palsu sangat memprihatinkan.

"Masyarakat harus lebih berhati-hati lagi membeli obat. Jika ada keraguan terhadap keaslian obat, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter, apoteker, atau langsung ke produsen pembuat obat dan juga dapat menyampaikan ke pihak berwenang," tegasnya dalam konferensi pers Kamis (2/5/2013) kemarin di Jakarta.

Sekretaris Jenderal Ikatan Apoteker Indonesia Nurul Falah mengatakan, apotek bagaimanapun juga merupakan penyedia obat-obatan resmi. Jika ditemukan obat palsu di apotek, ada dua kemungkinan yaitu apoteker yang "nakal" atau distributor yang tidak sesuai memberikan suplai obat.

"Jika ada kasus apoteker yang nakal, tentu sertifikasinya akan dicabut oleh Majelis Pembina Etik Apoteker," ujarnya.

Nurul menegaskan, para apoteker pun harus lebih cermat dalam bekerja sama dengan distributor. Setiap suplai obat untuk apotek harus melalui jalur yang resmi.

Tugas apoteker, lanjut Nurul, sangat penting dalam mendukung perang terhadap obat palsu. Apoteker perlu mengawasi industri, mengontrol kualitas obat, dan menjamin kualitasnya.

"Apoteker harus terus mengedukasi diri sendiri, rekan kerja, dan pasien tentang obat dan risiko obat palsu," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau