Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/05/2013, 10:45 WIB

Kompas.com - Tali pusat dan plasenta selama ini kurang dimanfaatkan, padahal dalam tali pusat dan plasenta terdapat sel punca hematopetik atau sel punca pembentuk sel darah yang bisa dipakai mengatasi penyakit kelainan darah.

Para ilmuwan mengatakan sel punca (stem cell) sebagai harapan pengobatan masa depan. Sel punca dalam tubuh bisa diibaratkan suku cadang untuk mengganti sel-sel yang rusak karena penyakit atau mati secara alami karena faktor penuaan (degeneratif).

Sel punca sendiri bisa diambil dari sumsum tulang belakang, darah tepi, atau darah tali pusat, yang akan dibiakkan dan disuntikkan lagi ke organ yang butuh perbaikan.

Menurut Andrew Ekaputra,PhD, Direktur Laboratorium Cordlife, sel punca dari darah tali pusat memiliki beberapa keunggulan, antara lain lebih muda dan murni, risiko sel-sel untuk menyerang tubuh sendiri lebih rendah, serta tidak perlu mencari pendonor seperti halnya pada sel punca dari sumsum tulang belakang. Selain itu sel punca dari darah tali pusat bayi memiliki tingkat kecocokan yang sempurna untuk dipakai oleh pasien sendiri kelak.

"Tetapi hanya ada satu kesempatan untuk mengambil darah tali pusat, yakni saat bayi dilahirkan," katanya dalam acara media edukasi mengenai penyimpanan sel punca darah tali pusat yang diadakan PT.Cordlife Indonesia di Jakarta, Selasa (14/5/13).

Sejauh ini penyakit yang berkaitan dengan kelainan darah seperti leukimia, neuroblastoma, limfoma, talasemia, kanker tulang, atau anemia, berhasil diterapi dengan sel punca dari darah tali pusat. Sementara itu penelitian mengenai manfaat sel punca untuk mengatasi cedera otak atau cedera tulang belakang sudah mencapai tahap uji klinis.

Selain digunakan oleh pasien sendiri, sel punca tersebut juga bisa digunakan oleh kakak atau adik karena tingkat kecocokan yang tinggi.

Hal itu pula yang mendasari Gadiza Fauzi, seorang news anchor di televisi swasta, untuk menyimpan darah tali pusat kedua anaknya yang berusia 4 tahun dan 1,5 tahun.

"Saya tertarik dengan manfaat penyembuhannya. Gaya hidup modern dan risiko penyakit di masa depan membuat saya memilih menyimpan sel punca sebagai bentuk antisipasi jika anak saya terjangkit penyakit berat," katanya.

Gadiza adalah salah satu dari 100.000 pasien di beberapa negara di Asia Tenggara yang memilih untuk menyimpan darah tali pusat anak mereka.

Peluang kecil

Meski begitu beberapa penelitian menyebutkan peluang penggunaan darah tali pusat untuk diri sendiri terbilang kecil, hanya 1:100.000.  Para ahli juga berpendapat bahwa menyimpan darah tali pusat lebih disarankan untuk mereka yang ada riwayat penyakit kelainan darah atau bayi dengan kelahiran prematur.

Salah satu kendala lain adalah pasien dewasa akan membutuhkan sel punca dalam jumlah cukup banyak yang tidak bisa dicukupi dari sel punca yang dikumpulkan saat kelahiran.

Penyimpanan darah tali pusat juga tidak menjamin bahwa sel-sel tersebut dapat digunakan untuk penyembuhan pada setiap keadaan. Pengunaannya hanya bisa ditentukan oleh dokter ahli yang menangani pasien.

Tetapi Andrew menyebutkan bahwa riset-riset mendalam yang dilakukan para ilmuwan akan membuka kemungkinan pemanfaatan sel punca dari darah tali pusat di masa depan. "Kemungkinannya terbentang luas, apalagai saat ini para ilmuwan fokus untuk mengembangkan terapi sel punca untuk penyakit degeneratif seperti jantung atau diabetes," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau