Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/06/2013, 11:57 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com -  Berbeda dengan program penurunan berat badan pada orang dewasa, pada anak-anak yang kegemukan, target penurunan yang harus dicapai membutuhkan perhitungan yang lebih rumit. Hal ini antara lain disebabkan tinggi dan berat badan anak secara alami akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia anak.

"Pertambahan massa dari organ, tulang, dan ototnya akan menambah berat badannya," kata dr.Grace Judio-Kahl dalam acaranya peluncuran bukunya yang berjudul "Solusi Tanpa Stres untuk Anak Gemuk" di Jakarta, Rabu (5/6/2013).

Perhitungan berat badan ideal orang dewasa, tutur Grace, umumnya menggunakan standar indeks massa tubuh (IMT), yang merupakan suatu perhitungan lemak tubuh berdasarkan berat dan tinggi badan. Namun perhitungan berat badan anak tidak bisa menggunakan IMT saja.

Perhitungan berat badan anak selain menggunakan IMT juga memerlukan grafik tumbuh kembang yang disebut dengan grafik IMT-persentil. Selain itu, grafik tersebut berbeda antara perempuan dan laki-laki.

"Pada orang dewasa, kita bisa menargetkan dalam jangka waktu tiga bulan, harus bisa turun (berat badan) sekian. Namun pada anak target yang diberikan harus tahunan dan melihat usia anak juga," paparnya.

Hal yang terlihat jelas untuk keberhasilan menurunkan berat badan pada anak yaitu tubuhnya yang semakin ramping namun tinggi badannya bertambah. Meski berat badannya tetap, namun bentuk tubuh anak semakin proposional.

Grace mengatakan, hal yang perlu ditanamkan pada anak,  satu prinsip mendasar yaitu hanya makan di saat lapar. Makan hanya "obat" untuk lapar, bukan untuk sedih, bosan, kedinginan, atau kepanasan.

Untuk mengajarkan anak hal itu, anak terlebih dahulu juga harus mengerti tentang konsep lapar dan kenyang. Banyak anak-anak yang masih belum mengerti rasa lapar dan kenyang dengan pasti. Grace mengatakan, yang ada mereka hanya tahu "ingin makan" dan "kekenyangan".

"Kalau sudah begini, setiap mereka ingin makan mereka menganggapnya lapar, padahal belum tentu tubuh sudah butuh makan. Sementara mereka baru berhenti makan jika sudah tidak mampu makan lagi atau kekenyangan. Padahal seharusnya kita harus berhenti makan saat kenyang, bukan kekenyangan," jelas pendiri klinik penurunan berat badan lightHOUSE ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau