KOMPAS.com - Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya bertumbuh dan berkembang secara optimal, termasuk soal tinggi badan. Apalagi tinggi badan merupakan salah satu indikator dari kecukupan gizi yang baik dari anak.
Mendapatkan tinggi badan yang optimal sejatinya dapat dilakukan dengan dua cara utama yaitu memenuhi asupan gizi secara seimbang dan aktivitas fisik yang cukup. Demikian disampaikan oleh dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dr. Rini Sekartini.
Rini mengatakan, jika kedua cara tadi dipenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar anak akan memiliki tinggi badan yang optimal. Namun pertumbuhan pada anak merupakan hal yang cukup kompleks karena dipengaruhi oleh banyak faktor.
"Yang paling dasar tinggi badan dipengaruhi oleh faktor keturunan," ungkap Rini dalam Seminar Tumbuh Kembang bertajuk 'Mom, How's Your Family?' yang diadakan Laboratorium Klinik Prodia di Jakarta, Sabtu (8/6/2013) silam.
Lantaran dipengaruhi oleh faktor keturunan, sejatinya tinggi badan anak dapat diprediksi dengan menggunakan ukuran tinggi badan bapak maupun ibunya. Rini memaparkan rumus untuk memprediksi tinggi badan anak yaitu dengan rumus cukup sederhana.
Untuk anak perempuan, rumus prediksinya adalah tinggi badan Ayah dikurangi 13 cm lalu ditambah tinggi ibu. Jumlahnya kemudian dibagi angka 2. Hasil pembagian itu lalu dikurangi atau ditambah 8,5 cm untuk mendapatkan ukuran batas bawah dan batas atas.
Sedangkan untuk anak laki-laki, rumusnya adalah tinggi badan ibu ditambah 13 cm lalu ditambah tinggi ayah. Hasilnya kemudian dibagi dua. Nilainya kemudian ditambah atau di kurangi 8,5 cm untuk memperoleh batas atas dan batas bawah.
Namun demikian, lanjut Rini, bukan berarti jika bapak atau ibunya berperawakan pendek, maka anaknya pasti pendek. "Faktor keturunan hanya salah satu faktor, masih ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tinggi badan anak," tutur Rini.
Selain faktor keturunan, kata dia, faktor yang juga berperan adalah kurangnya hormon pertumbuhan. Kurangnya hormon pertumbuhan mengakibatkan anak tidak dapat tumbuh tinggi dengan optimal.
Penderita biasanya mempunyai berat dan panjang lahir normal, dan gangguan pertumbuhan bisa mulai terlihat setelah usia 6 bulan. Gangguan pertumbuhan sering baru disadari orangtua setelah usia 3 tahun, karena perbedaan tinggi badan yang cukup mencolok dengen umur sebayanya akibat menurunnya kecepatan tumbuh.
"Jika kekurangan hormon pertumbuhan, maka diperlukan suntikan penambah hormon pertumbuhan. Semakin cepat diberikan, maka semakin mungkin anak dapat mencapai tinggi optimalnya," papar Rini.
Dilansir situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyebab perawakan anak pendek selain faktor keturunan dan kekurangan hormon pertumbuhan, antara lain pertumbuhan janin terhambat, pubertas terlambat, mengalami penyakit kronis, dan penyebab lain yang tidak diketahui (idiopatik).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.