Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2013, 16:07 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


Kompas.com - Sejak masa konsepsi sampai dengan usia dua tahun pertama kehidupan anak, atau 1000 hari pertama, adalah masa kritis. Bila dalam periode ini anak mengalami kekurangan gizi pertumbuhan badan dan otaknya bisa terpengaruh.

Kegagalan tumbuh kembang pada 1000 hari pertama ini bisa berlangsung permanen dan berlangsung sampai akhir hayat. Salah satu indikator kekurangan gizi pada anak adalah anak pendek (stunting).

"Padahal anak bertubuh pendek berpotensi mengalami kelebihan gizi ketika dia dewasa. Kasus ini ada di beberapa propinsi di Indonesia," kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi pada Seminar Nasional Pangan dan Gizi dan Kongres Pergizi Pangan Indonesia 2013, Selasa (25/6) di Jakarta.

Menkes menjelaskan, selain anak stunting banyak ditemukan orang dewasa yang kelebihan kalori alias kegemukan.

Menurut Direktur Bina Gizi Kementrian Kesehatan, Minarto, Ph.D, anak bertubuh pendek sebetulnya diakibatkan kondisi gizi yang tidak mencukupi saat hamil. Kondisi itu bisa memicu berat badan bayi ketika lahir rendah dan anak rentan mengalami gangguan metabolisme. Akibatnya pengolahan dan penyerapan gizi tidak maksimal sehingga anak bertubuh pendek.

Anak yang bertubuh pendek sel-selnya tidak bisa tumbuh optimal sehingga lebih berisiko terkena kelebihan gizi ketika sudah dewasa.

"Orang dewasa yang kegemukan lebih berpeluang terkena berbagai macam penyakit tidak menular (PTM) seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung," kata Minarto.

Kegemukan di usia dewasa juga bisa diakibatkan oleh haus nutrisi yang dialami sel-sel ketika orang tersebut masih anak-anak. "Akibatnya ketika dewasa semua nutrisi diserap. Hal ini meningkatkan peluang menderita kelebihan kalori," kata Minarto.

Pola makan yang teratur menurut Minarto sangat penting supaya zat gizi yang diterima tubuh selalu tepat, baik jenisnya, jumlah, atau waktunya.

Sebaliknya orang dengan pola makan tidak teratur menyebabkan asupan gizinya tidak terpenuhi dengan baik. "Hal ini disebabkan orang cenderung makan apa saja, asal kebutuhan pangannya terpenuhi. Akibatnya makanan kaya lemak, minyak, gula, dan garam menjadi hidangan penutup rasa lapar," imbuhnya.

Seribu hari pertama

Tubuh pendek dan potensi kelebihan gizi ketika dewasa sebetulnya bisa dihindari. "Kuncinya ada pada seribu hari pertama. Kalau pola pengasuhannya tepat, maka selanjutnya anak berpeluang tumbuh dengan baik," kata Minarto.

Seribu hari dihitung sejak bayi mulai dikandung. Selama masa itu, ibu seharusnya mengonsumsi makanan bergizi dan bervariasi. Kemudian setelah lahir, bayi mendapatkan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang kaya gizi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau