Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Kerap Melamun Sesaat, Waspadai Gejala Epilepsi!

Kompas.com - 27/06/2013, 16:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com — Tak bedanya dengan orang dewasa, anak pun dapat terkena penyakit epilepsi. Epilepsi atau penyakit yang dikenal dengan istilah awam dengan "ayan" ternyata tidak hanya menimbulkan gejala kejang. Melamun atau bengong sesaat juga bisa merupakan salah satu gejalanya.

Spesialis saraf dari Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, dr Gea Pandhita, mengatakan, orangtua perlu mewaspadai gejala epilepsi berupa melamun sesaat yang berlangsung beberapa detik di tengah-tengah beraktivitas. Pasalnya gejala yang satu ini sering tidak disadari.

Melamun sesaat akibat epilepsi dicirikan dengan tidak merespons pembicaraan apa pun yang dikatakan orang sekitar kepadanya sekalipun namanya dipanggil. Gea memaparkan, melamun sesaat terjadi karena sedang terjadi ketidakseimbangan listrik di otak sementara waktu dan bila sudah selesai, anak akan tersadar kembali.

"Melamun sesaat merupakan salah satu jenis epilepsi general yang ditandai dengan ketidaksadaran saat mengalaminya," ujar staf pengajar ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini.

Epilepsi merupakan salah satu gangguan fisik yang diakibatkan ketidaknormalan aktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak (bangkitan). Seseorang dikatakan mengidap epilepsi apabila ia mengalami bangkitan berulang, berselang lebih dari 24 jam, yang timbul tanpa provokasi.

Provokasi dapat berupa demam tinggi yang mana untuk beberapa kasus juga dapat menimbulkan gejala yang hampir sama dengan epilepsi, misalnya kejang dan kaku. Namun, Gea menegaskan, apabila timbul gejala saat ada provokasi sebelumnya, itu bukanlah epilepsi.

"Gejala epilepsi yang kerap muncul ialah kejang, terkejut, melamun tak sadarkan diri dalam beberapa saat, dan kaku sesaat. Bahkan, ada pula tidak punya kekuatan otot sesaat," paparnya.

Pada anak epilepsi, ditemukan paling banyak pada anak usia 0-4 tahun, diikuti kemudian pada anak usia 10-14 tahun, kemudian usia 5-9 tahun, dan usia 15-19 tahun. Epilepsi pada anak 0-4 tahun paling banyak dipicu oleh proses tumbuh kembang, sedangkan pada usia 5-14 paling banyak dipicu oleh infeksi dan pada usia 15-24 paling banyak dipicu oleh trauma.

Prevalensi epilepsi pada anak diketahui cukup tinggi. Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) tahun 2012 menyebutkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, kasus baru epilepsi pada anak mencapai 25-840 per 100.000 penduduk per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau