Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPOM: Susu Formula di Indonesia Aman dari "Clostridium"

Kompas.com - 06/08/2013, 14:00 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com — Susu formula buatan Fonterra yang diimpor Indonesia dari Selandia Baru tidak mengandung bakteri Clostridium botulinum. Hal ini berlaku juga untuk bahan baku industri dan produk susu lain produksi Fonterra.

Pernyataan ini disampaikan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI Roy Sparingga ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (6/8/2013) di Jakarta.

Roy menegaskan, kepastian ini berdasarkan keterangan resmi dari Fonterra Selandia Baru yang diterima BPOM RI melalui Duta Besar Selandia Baru, Senin (5/8/2013).

"Dalam statement tersebut dikatakan, tidak ada susu atau produk susu berbahan baku WPC 80 (whey protein concentrate) yang beredar di Indonesia sehingga susu dan produk susu Fonterra yang beredar di Indonesia aman dari Clostridium botulinum," kata Roy.

Fonterra, terang Roy, memiliki tiga batch dalam satu pabrik yang memproduksi susu atau produk susu berbahan baku WPC 80. Bahan baku minuman, makanan, dan pakan ternak inilah yang kemudian tercemar bakteri Clostridium botulinum. Susu dan produk susu yang mengandung WPC 80 ini kemudian diekspor ke sejumlah negara.

Bahan baku WPC 80 juga diimpor sejumlah negara, antara lain Australia, China, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Arab Saudi. Bahan WPC 80 adalah konsentrat yang memungkinkan protein tidak menggumpal ketika diproses menjadi suatu produk.

"Kita juga belum menerima informasi apa pun dari INFOSAN (International Food Safety Network) yang dikelola oleh WHO di Geneva. Hal ini mengindikasikan, bahan baku industri dan produk susu yang tercemar di Selandia Baru sejauh ini tidak diekspor ke Indonesia," kata Roy.

Kendati begitu, Roy mengatakan bahwa BPOM akan lebih waspada dalam menyeleksi susu dan produk susu yang masuk ke Indonesia, terutama yang mengandung WPC 80. Hal ini dilakukan melalui pengawasan berbasis risiko, antara lain dengan sampling dan uji laboratorium atas sampel pangan yang dicurigai di pasaran.      

"Tentunya produk yang mengandung WPC 80 dengan Clostridium botulinum tidak mendapatkan surat keterangan impor (SKI). Kita juga terus memantau produk yang dihasilkan Fonterra dan siapa saja yang mengonsumsinya, selain itu juga berkomunikasi dengan INFOSAN," kata Roy.  

Ajang promosi ASI

Direktur Gizi Direktorat Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI Minarto menyatakan, kabar seputar kasus tercemarnya susu formula dengan bakteri di China seyogianya menjadi momentum bagi para ibu yang memiliki bayi di bawah usia satu tahun untuk memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif.

"Makanya ASI saja. Lebih aman dan meyakinkan," kata Minarto.

Ia berharap, kasus ini dapat menaikkan angka pemberian ASI di Indonesia, yang saat ini masih mencapai 31 persen.

Lebih jauh Minarto mengatakan, bila memang benar ada produk susu yang tercemar, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menarik produk tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 disebutkan, susu formula (sufor) bayi merupakan susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan.

"Lebih dari separuh jumlah bayi di Indonesia masih menggunakan sufor, hal ini tentu mengkhawatirkan. Kasus ini mungkin bisa membuka mata, bagaimanapun ASI tetap lebih baik dan penting diberikan kepada anak," tandas Minarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau