Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/08/2013, 15:10 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com - Pada tahun 1980-an para ahli merekomendasikan mereka yang mengalami masalah berat badan untuk menerapkan pola makan bebas lemak.

Lemak memang paling sering dikambinghitamkan sebagai penyebab kegemukan. Belakangan baru diketahui bahwa pendapat tersebut sebenarnya keliru.

Rekomendasi yang dikritik sebagai "eksperimen tak terkontrol pada seluruh populasi" tersebut dinilai justru membuat tubuh banyak orang semakin subur.

Lemak sebenarnya dibutuhkan untuk kesehatan. Lemak penting untuk fungsi otak yang optimal, untuk jantung, kulit, dan organ tubuh yang penting lainnya, selain juga untuk penyerapan berbagai vitamin.

Pada orang yang melakukan diet, lemak juga tidak boleh ditinggalkan. Lemak yang dicerna tubuh akan membantu menekan ghrelin, hormon yang membuat kita merasa lapar, serta secara simultan memicu pelepasan peptides yang membuat kita merasa puas dan kenyang.

Lemak dalam jumlah yang cukup juga diperlukan untuk menekan indeks glikemik makanan sehingga kita merasa kenyang lebih lama.

Tanpa lemak, kulit menjadi lebih kering, rambut menjadi lebih kusam, dan kadar kolesterol meningkat jika Anda lebih banyak mengonsumsi karbohidrat sebagai pengganti lemak.

Namun, lemak yang dipilih sebaiknya adalah lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak goreng yang terbuat dari biji-bijian seperti jagung, kacang tanah, kedelai, zaitun, dan biji bunga matahari. Lemak baik lainnya antara lain omege-3 yang terdapat dalam ikan serta buah alpukat.

Minyak goreng yang banyak digunakan di Indonesia adalah minyak sawit dan minyak kelapa. Keduanya adalah sumber lemak jenuh. Sumber lemak jenuh lain yang harus dikurangi antara lain lemak gajih, jeroan, mentega, santan, serta semua jenis kue dan tart yang terbuat dari banyak telur dan mentega.  

Meski demikian jumlah lemak yang disarankan untuk dikonsumsi setiap hari tetap harus dibatasi. Dalam rekomendasi gizi seimbang, lemak berada dalam piramida puncak yang berarti jumlah penggunaannya sangat sedikit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com