BOGOR, KOMPAS.com - Institut Pertanian Bogor (IPB) menyusun prosedur operasional baku (POB) pemesanan, penyimpanan, dan pembagian konsumsi untuk kegiatan mahasiswa. Dengan demikian, peristiwa 121 mahasiswa mual, muntah, dan diare saat seminar nasional Pekan Nutrisi di Kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Minggu (22/9/2013), diduga akibat mengonsumsi getuk lindri dan talam jagung diharapkan tidak berulang.
Demikian diutarakan oleh Dekan Fakultas Ekologi Manusia Arif Satria, Kamis (17/10/2013). Peristiwa lebih dari tiga minggu lalu itu menjadi perhatian publik. Apalagi, peristiwa terjadi saat Pekan Nutrisi dengan kepanitiaan dari Himpunan Mahasiswa Imu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Menurut Arif, kejadian itu di luar dugaan panitia dan menjadi pelajaran berharga. Kampus harus kian waspada terhadap penyelenggaraan konsumsi skala besar dari industri rumah tangga.
Untuk itu, prosedur operasional baku akan memuat semacam panduan untuk mahasiswa yang menjadi panitia kegiatan dalam hal penyelenggaraan konsumsi skala besar. Misalnya, mengecek ke pembuat penganan tentang bahan-bahan yang dipakai. Demikian pula waktu dan cara pembuatan penganan. Jangan sampai penganan tersimpan terlalu lama sebelum disajikan sebab berpotensi terkontaminasi oleh bakteri. "Penganan tidak asal murah atau lokal tetapi berkualitas dan aman," kata Arif.
Menurut Arif, POB juga dapat dimanfaatkan untuk pembinaan industri pembuatan makanan-minuman skala rumah tangga dan kantin sekolah, kampus, dan kantor. IPB berencana mendorong Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor menerbitkan sertifikasi laik higienis dan standardisasi keamanan pangan untuk industri makanan-minuman dan kantin.
Tercemar
Hasil uji sampel getuk lindri dan talam jagung oleh Laboratorium Jasa Analisis, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB menunjukkan bahwa kedua penganan itu mengandung mikroba berlebihan. Batas normal jumlah mikroba sekitar 800 juta untuk getuk lindri dan sekitar 750 juta untuk talam jagung.
Berdasarkan pengamatan visual pada penganan tidak didapatkan tanda-tanda basi yakni berlendir dan berbau. Penganan tidak basi apalagi beracun. Jika beracun, akibat yang ditimbulkan bisa fatal yakni kematian.
Wakil Dekan Fakutas Ekologi Manusia, Ahmad Sulaeman menambahkan, hasil uji sampel oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa getuk lindri dan talam jagung itu terkontaminasi bakteri Bacillus cereus. Bakteri ini dapat menimbulkan gejala mual dan muntah dalam waktu 30 menit sampai 6 jam setelah makanan terkontaminasi itu dikonsumsi.
“Kontaminasi oleh Bacillus cereus dapat disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan perajin makanan tidak higienis,” kata Ahmad.
Kondisi ini amat mungkin diakibatkan perajin tidak berpengetahuan cukup dalam mengolah bahan makanan. Dari 121 mahasiswa yang mengeluh sakit setelah mengonsumsi penganan itu, 40 orang di antaranya yang mendapat pemeriksaan.
Yang sempat dirawat sebanyak 9 mahasiswa. Namun, 4 mahasiswa dari 9 mahasiswa itu sebenarnya tidak memerlukan perawatan inap tetapi keletihan. Yang dirawat inap ada 5 mahasiswa yang 2 mahasiswa di antaranya sudah terserang gejala tifus saat mengonsumsi penganan tadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.